
Acha..Acha! Bursa India-Rupee Melesat di Mei, Kebal Corona?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang bulan Mei, pasar finansial India menunjukkan kinerja yang impresif padahal masih dilanda "tsunami" penyakit virus corona (Covid-19). Bursa saham India, Sensex, bahkan masih berada di dekat rekor tertinggi sepanjang masa, sementara mata uang rupee mampu membukukan penguatan cukup tajam dan menjadi yang terbaik di Asia.
Melansir data Refinitiv, Sensex mampu mencatat penguatan 6,5% sepanjang bulan Mei ke 51.937,44, tidak jauh dari rekor tertinggi sepanjang masa 52.516,76 yang dicapai pada 15 Februari lalu. Sementara itu rupee pada bulan lalu menguat lebih dari 2%, menjadi penguatan terbesar dalam lebih dari 2 tahun terakhir.
Meski demikian, bukan berarti pasar keuangan India kebal corona, sebab sebelum menguat di bulan Mei, Sensex sempat merosot hingga 4,6% di bulan April sebelum perlahan pulih. Sementara rupee melemah 3,3% dan menyentuh level terlemah sejak Juli 2020.
Kasus Covid-19 di India mulai menanjak pada pertengahan Maret lalu. Dari yang semula belasan ribu kasus per hari terus meningkat hingga ratusan ribu orang positif setiap harinya. Rekor penambahan kasus tertinggi tercatat sebanyak 414.433 dalam sehari pada 6 Mei lalu.
Alhasil, India kini menjadi negara dengan jumlah kasus positif terbanyak kedua di dunia, dengan total 28.441.986 kasus, di bawah Amerika Serikat (AS) lebih dari 34 juta kasus.
Sejak rekor harian tercatat di awal Mei tersebut, jumlah kasus per hari berhasil ditekan, kemarin jumlah kasus baru sebanyak 134.105 orang.
Keberhasilan menekan penyebaran Covid-19 tersebut menjadi faktor utama menguatnya indeks Sensex dan rupee. Pemerintah India juga berencana meningkatkan vaksinasi. Berdasarkan Our World In Data, hingga saat ini hanya 3,16% dari total 1,3 miliar populasi India yang sudah mendapat suntikan vaksin dosis penuh, dan 12,29% yang sudah mendapat suntikan vaksin pertama.
Guna mempercepat proses vaksinasi, perusahaan manufaktur vaksin terbesar di dunia The Serum Institute of India berencana meningkatkan produksinya menjadi 90 juta dosis vaksin AstraZeneca di bulan ini, dari bulan sebelumnya sebanyak 65 juta dosis.
Selain itu, Bharat Biontech juga akan meningkatkan produksi vaksin Covaxin menjadi 23 juta dosis di bulan Juni, dari 10 juta dosis di bulan April.
Para ekonom memperkirakan dampak dari serangan Covid-19 gelombang kedua terhadap perekonomian tidak akan separah tahun lalu. Sebab, India tidak menerapkan lockdown nasional di tahun ini.
Pada kuartal II-2020 lalu, perekonomian India mengalami kontraksi 23,9%. Akibat dalamnya kontraksi tersebut di kuartal II tahun ini perekonomian Negeri Bollywood diperkirakan akan mengalami ekspansi dua digit.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Carry Trade Buat Rupee Perkasa
Selain kesuksesan menurunkan angka infeksi per hari, penguatan rupee juga dikatakan terjadi akibat carry trade.
Carry trade merupakan strategi investasi meminjam dana di negara dengan suku bunga rendah, dan menginvestasikannya di negara dengan suku bunga yang tinggi. India merupakan salah satu negara dengan suku bunga yang tinggi saat ini, yakni 4%.
Sementara di Amerika Serikat, suku bunganya sebesar 0,25%, belum lagi di negara-negara maju lainnya seperti Jepang dan Eropa yang suku bunganya lebih rendah lagi.
"Penguatan tajam rupee terjadi akibat kembalinya carry trade," kata Bhaskar Panda, senior vice president Tresury Advisory Group di HDFC Bank, sebagaimana dilansir Bloomberg, Jumat (25/5/2021).
Panda menambahkan sebelum investor carry trade keluar dari India akibat "tsunami" Covid-19, kini dengan kesuksesan menekan penyebarannya, investor tersebut kembali lagi.
Selain itu, bank sentral India (Reserve Bank of India/RBI), yang tidak terlalu banyak melakukan intervensi juga membuat nilai tukar rupee menguat.
"Yang paling penting adalah RBI mengurangi intervensinya, sehingga rupee bisa menguat," kata Sanjay Mathur, kepala ekonom untuk Asean dan India di Australia & New Zealand Banking Group Ltd yang berada di Singapura.
Penguatan rupee akan berdampak pada daya saing produk ekspor India, sehingga RBI perlu melakuan intervensi. Tetapi di sisi lain, harga minyak mentah yang sedang naik berisiko memicu inflasi di negara importir seperti India.
Hasil studi dari RBI menunjukkan penguatan rupee sebesar 1% akan mampu meredam inflasi sebesar 15 basis poin.
Oleh karena itu, RBI diperkirakan akan membiarkan rupee untuk menguat guna meredam inflasi. RBI diperkirakan akan membiarkan rupee menguat sekitar 2% lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupee India Jeblok ke Rekor Terlemah, Apa Untungnya Bagi RI?
