Isu Tapering Mencuat Lagi, Rupiah & Mata Uang Asia Rontok

Market - Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 June 2021 15:57
Ilustrasi Rupiah dan Dolar di Bank Mandiri Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah yang menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Kamis (3/6/2021), berbalik melemah. Isu tapering yang kembali mencuat membuat dolar AS perkasa, rupiah dan mata uang Asia lainnya rontok.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,18% di Rp 14.250/US$. Level tersebut sekaligus menjadi yang terkuat pada hari ini, rupiah setelahnya memangkas penguatan hingga berbalik melemah hingga 0,25% ke Rp 14.310/US$.

Setelahnya rupiah masih mampu memangkas pelemahan, mengakhiri perdagangan di Rp 14.280/US$, melemah 0,04% di pasar spot.

Tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga melemah. Hingga pukul 15:13 WIB, hanya ringgit Malaysia dan dan dolar Taiwan yang menguat, itu pun sangat tipis 0,02% dan 0,04%.

Won Korea Selatan menjadi mata uang terburuk dengan pelemahan 0,35%. Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Isu tapering yang kembali muncul membuat mata uang Asia rontok. Tapering merupakan kebijakan mengurangi nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) bank sentral AS (The Fed). Ketika hal tersebut dilakukan, maka aliran modal akan keluar dari negara emerging market dan kembali ke Negeri Paman Sam. Hal tersebut dapat memicu gejolak di pasar finansial yang disebut taper tantrum.

Wacana tapering sebenarnya sudah diredam oleh The Fed dalam beberapa bulan terakhir. Tetapi kini Presiden The Fed wilayah Philadelphia, Patrick Harker, kembali membuka wacana tersebut.

Harker mengatakan perekonomian AS terus menunjukkan pemulihan dari krisis virus corona dan pasar tenaga kerja terus menunjukkan penguatan, dan menjadi saat yang tepat bagi The Fed unuk mulai memikirkan tapering.

"Kami berencana mempertahankan suku bunga acuan di level rendah dalam waktu yang lama. Tetapi ini mungkin saatnya untuk mulai memikirkan pengurangan program pembelian aset yang saat ini senilai US$ 120 miliar," kata Harker sebagaimana dilansir Reuters.

Pernyataan tersebut membuat dolar AS kembali perkasa.


HALAMAN SELANJUTNYA >>> Inflasi Tinggi, Pasar Tunggu Data Tenaga Kerja AS

Inflasi Tinggi, Pasar Tunggu Data Tenaga Kerja AS
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :
1 2

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading