
Asing Borong Saham Bank RI, tapi Saham Infrastruktur Diobral

Jakarta, CNBC Indonesia -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melanjutkan penguatannya pada perdagangan Kamis (3/6/2021) hari ini. Indeks bursa saham acuan nasional tersebut ditutup melesat 0,99% ke level 6.091,51.
IHSG kini sudah semakin dekat dengan level psikologis 6.100. Dengan nilai transaksi mencapai Rp 12,67 triliun sebanyak 235 saham terapresiasi, 258 terdepresiasi dan sisanya 157 mendatar.
Di pasar reguler, asing membeli bersih (net buy) saham senilai Rp 888,85 miliar. Sementara di pasar negosiasi ada transaksi senilai Rp 265,6 miliar. Sehingga secara total asing mencatatkan aksi net buy senilai Rp 1,15 triliun hari ini.
Asing tercatat mengoleksi dua saham perbankan big cap dan jumlahnya cukup besar yakni dari Rp 250 miliar hingga Rp 428 miliar. Dua saham perbankan big cap tersebut yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Berikut saham-saham yang dikoleksi oleh investor asing pada perdagangan Kamis (3/6/2021) hari ini.
Walaupun begitu, asing juga tercatat melepas beberapa saham, di mana saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) kembali menjadi incaran aksi jual investor asing pada hari ini. Adapun saham-saham yang dilepas oleh asing pada perdagangan hari ini adalah:.
IHSG sempat bergerak galau di awal-awal perdagangan. Dibuka di zona hijau dan digiring ke zona apresiasi lalu dibanting ke zona merah.
Namun, IHSG pun sempat berhasil rebound. Namun kembali dibanting dan cenderung flat tak bergerak dari level pembukaan pada pukul 10.00 WIB.
Setelahnya IHSG digiring ke zona hijau dan menutup sesi I dengan apresiasi 0,15%. Ketika perdagangan sesi II dibuka IHSG langsung dibuka hijau dan terus uptrend hingga penutupan perdagangan hari ini.
Perhatian pelaku pasar tertuju pada data tenaga kerja Amerika Serikat (AS). Maklum saja, data tenaga kerja merupakan salah satu indikator bagi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter, selain juga inflasi.
Inflasi di AS sudah melesat naik. Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (28/5/2021) lalu melaporkan data inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE). Data tersebut merupakan inflasi acuan The Fed.
Inflasi PCE inti dilaporkan tumbuh 3,1% year-on-year (yoy) di bulan April, jauh lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya 1,8% yoy.
Rilis tersebut juga lebih tinggi ketimbang hasil survei Reuters terhadap para ekonomi yang memprediksi kenaikan 2,9%. Selain itu, rilis tersebut juga merupakan yang tertinggi sejak Juli 1992, nyaris 30 tahun terakhir.
Setelah inflasi, jika data tenaga kerja AS juga menunjukkan perbaikan yang signifikan, maka ekspektasi The Fed akan segera mengetatkan kebijakan moneternya akan kembali muncul.
Ekspektasi tersebut dapat memicu koreksi di pasar saham, dolar AS akan berbalik menguat dan rupiah serta SBN mengalami tekanan.
Kemarin, indeks dolar AS sempat menguat hingga 0,46%, sebelum terpangkas dan berakhir di 89,904 atau menguat 0,08% saja. Pergerakan tersebut setidaknya menunjukkan ada potensi penguatan dolar AS merespon data tenaga kerja nantinya.
Oleh karena itu, pelaku pasar akan lebih berhati-hati jelang rilis data tenaga kerja AS versi Automatic Data Processing (ADP) Inc. malam ini, dan versi pemerintah AS Jumat besok.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Lesu Lagi, Asing Borong BBCA-TLKM & Lepas BUKA-ISAT