OJK Beberkan Alasan Bank Sulit Turunkan Bunga Kredit

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
02 June 2021 16:10
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso dalam acara Sarasehan Akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional (tangkapan Layar Youtube Jasa Keuangan)
Foto: Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso dalam acara Sarasehan Akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional (tangkapan Layar Youtube Jasa Keuangan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa penurunan suku bunga bukan solusi utama untuk meningkatkan penyaluran kredit.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso saat melakukan rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Rabu (2/6/2021).

"Apa yang kita lakukan, dan apa yang OJK lakukan ini, logikanya dari supply-nya atau suku bunga diturunkan, ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) diturunkan, Basel 3 kita tunda, [...] ini semua tidak menimbulkan dampak optimal kepada kreditnya, karena demandnya gak gerak," jelas Wimboh.

Adapun kata Wimboh pemerintah lewat kebijakan PPN ditanggung pemerintah untuk properti memang berdampak positif pada pertumbuhan kredit.

Sementara pada PPnBM 0%, hal ini tidak berpengaruh kepada peningkatan kredit, karena rata-rata masyarakat membelinya dengan uang tunai.

"Ini betul-betul penjualan motor dan mobil naik, dan ini banyak yang masih tidak pakai kredit. Karena tabungannya banyak di rekening, akhirnya motor, mobil murah beli, tapi tidak kredit," ujarnya.

"Sehingga meskipun demand motor mobil naik, kreditnya belum. Dan kalau rumah jarang yang beli tunai ini sebenarnya kebijakan yang untuk mendorong demand kita. Sehingga ada beberapa hal untuk dorong demand berikutnya," kata Wimboh melanjutkan.

Wimboh juga menyampaikan bahwa pertumbuhan kredit didukung oleh Bank Buku IV dan Bank Pembangunan Daerah (BPD). Kedua bank tersebut, kata Wimboh tidak terlalu terdampak Covid-19, karena rata-rata nasabahnya adalah Aparatur Sipil Negara (ASN).

Sedangkan bank swasta dan asing, kata Wimboh berdampak signifikan. "Ini kenapa year on year (pertumbuhan kredit) masih minus 2,28% karena banyak perusahaan besar yang dari sebelum Covid-19 telah menurunkan portofolio kreditnya," jelasnya.

"Sumber pertumbuhan kredit banyak di luar pulau Jawa. Sedangkan di Jawa, terutama Jakarta masih berat. Karena ini kredit-kredit besar terjadi di Jawa," ujarnya lagi.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kumpulkan Pimpinan Bank-bank Kakap, Ini Komitmen Bos OJK

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular