Mata Uang Asia Menang Telak dari Dolar AS, Tapi Yen Kalah

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
26 May 2021 17:00
Light is cast on a Japanese 10,000 yen note as it's reflected in a plastic board in Tokyo, in this February 28, 2013 picture illustration. REUTERS/Shohei Miyano/File Photo
Foto: Mata Uang Yen Jepang (REUTERS/Shohei Miyano)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas mata uang Asia terpantau menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (26/5/2021).

Berdasarkan data pasar pukul 13:47 WIB, hanya yen Jepang saja yang kalah kuat dengan sang greenback (dolar AS) pada hari ini. Sedangkan won Korea Selatan menjadi leader mata uang Asia melawan greenback pada siang hari ini

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang Benua Kuning pada perdagangan hari ini:

Dolar AS kembali melemah mendekati level terlemahnya sejak awal Januari lalu, karena imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (Treasury) masih mengalami penurunan, di tengah desakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bahwa stimulus akan berlanjut meskipun tekanan inflasi saat ini.

Sementara itu, indeks dolar, indeks yang mengukur pergerakan greenback terpaksa mendekam di 89,665 pada perdagangan awal sesi hari ini di Asia, setelah terdorong ke level 89,533 pada Selasa (25/5/2021) kemarin.

Sementara itu, pedagang akan mengamati yuan China, setelah naik ke level tertingginya hampir tiga tahun di 6,3925 per dolar pada Selasa kemarin di pasar luar negeri, sebelum terakhir berubah ke level 6,4012.

Sejumlah pejabat The Fed pada semalam waktu AS menggemakan pernyataan dari Ketua The Fed, Jerome Powell bahwa lonjakan inflasi akan terjadi sementara dan kebijakan ultra longgar masih akan terus diperlukan.

"Saya belum melihat apa pun yang dapat membujuk saya untuk mengubah pandangan saya terhadap sikap akomodatif kami," kata Presiden The Fed cabang Chicago, Charles Evans, dalam pidatonya pada Selasa kemarin.

"Saat ini, kebijakan berada di tempat yang sangat baik," kata Presiden The Fed cabang San Francisco, Mary Daly mengatakan kepada CNBC International pada hari yang sama.

Dolar AS telah menurun selama dua bulan terakhir karena keyakinan bahwa suku bunga AS yang rendah akan mendorong uang tunai ke luar negeri, terutama ke negara emerging market untuk memperoleh keuntungan karena ekonomi di negara lain mungkin mulai pulih lebih cepat.

Sementara itu, yield Treasury benchmark tenor 10 tahun kembali turun dekati angka 1,554% yang dicapai semalam untuk pertama kalinya sejak terjadinya payroll shock pada 7 Mei lalu.

Sementara itu di China, Bank-bank besar milik negara terlihat membeli dolar AS sekitar 6,40 yuan pada sore waktu Asia dalam sebuah langkah yang dipandang sebagai upaya untuk mendinginkan reli yuan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mata Uang Asia Mayoritas Kalah Dengan Dolar AS Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular