Sayonara Gerai Giant! Ternyata Separah Ini Kinerja HERO

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
25 May 2021 15:20
Supermarket Hero (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Hero Supermarket Tbk (HERO) menyatakan akan menutup seluruh gerai Giant mulai akhir Juli 2021 mendatang. Tidak hanya itu, perseroan juga akan mengubah hingga lima gerai Giant menjadi IKEA sebagai langkah strategis perusahaan.

"Perseroan juga sedang mempertimbangkan untuk mengubah sejumlah gerai Giant menjadi gerai Hero Supermarket," kata Direktur HERO Hardianus Wahyu Trikusumo, dalam keterbukaan informasi di BEI, Selasa (25/5/2021).

Menurut Hardianus Wahyu, strategi ini merupakan respons perusahaan untuk beradaptasi terhadap perubahan dinamika pasar, terlebih terkait beralihnya konsumen Indonesia dari format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir. Fenomena tersebut juga terjadi di pasar global.

"Rencana ini diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap kegiatan operasional, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha perseroan. Perubahan strategi ini merupakan respons cepat dan tepat perseroan," katanya.

Bila dilihat dari sisi fundamental, kinerja keuangan HERO pada tahun 2020 masih cukup tertekan.

Hal ini terlihat dari kerugian tahun berjalan 2020 yang lebih dalam sebesar Rp 1,21 triliun, bengkak 4.203% dibanding tahun sebelumnya rugi bersih Rp 28,21 miliar.

Anjloknya kerugian bersih ini tercermin dari pendapatan bersih HERO sepanjang tahun 2020 yang mengalami penurunan sebesar 26,98% menjadi Rp 8,89 triliun dari sebelumnya Rp 12,18 triliun.

Penurunan terbesar terjadi di segmen penjualan makanan sebesar 32,67% menjadi Rp 6,05 triliun. Sedangkan, penjualan di segmen non makanan juga turun hampir 11 persen menjadi Rp 2,84 triliun.

Sementara itu, meski beban pokok pendapatan turun menjadi Rp 6,49 triliun dari sebelumnya Rp 8,73 triliun, laba kotor perseroan tetap lebih kecil dari sebelumnya yakni Rp 2,39 triliun dari Rp 3,44 triliun.

Adapun beban usaha mengalami sedikit peningkatan menjadi Rp 3,55 triliun dari sebelumnya Rp 3,48 triliun.

NEXT: Kinerja 3 Bulan juga Babak Belur

Kinerja keuangan perseroan juga masih cukup tertekan pada kuartal pertama di tahun ini meski dari segi nilai kerugian sudah berkurang.

Pada kuartal I tahun ini, HERO kembali membukukan rugi bersih sebesar Rp 1,65 miliar secara tahunan (year on year/yoy). Angka ini mengecil tinimbang rugi bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 43,56 miliar.

Meruginya HERO diiringi dengan anjloknya penjualan dan pendapatan usaha, sebesar 30,20% menjadi Rp 1,76 triliun. Apabila ditilik per kuartalan, HERO terakhir membukukan laba bersih pada akhir Juni 2019. Sementara, apabila ditilik secara tahunan emiten ini terakhir meraup laba bersih pada 2016 atau sekitar 5 tahun lalu.

Presiden Direktur HERO Patrick Lindvall mengakui, dalam keterangan resminya, pencapaian triwulan pertama ini secara signifikan dipengaruhi oleh Covid-19. Semua lini bisnis perusahaan, mulai dari ritel groseri, toko perabotan sampai produk kecantikan sangat terdampak pembatasan sosial akibat pandemi dan perubahan pola belanja pelanggan.

Selain itu, total laba operasional perusahaan dipengaruhi oleh penurunan profitabilitas toko karena pendapatan yang lebih rendah.

Saat ini, seiring pagebluk yang diprediksi masih akan mempengaruhi kinerja keuangan, perusahaan masih akan terus mengoptimalkan ruang usaha yang ada, serta mengevaluasi portofolio perusahaan agar lebih efektif.

Seiring dengan hal tersebut, The Dairy Farm Company Limited, perusahaan pengendali HERO, memberikan fasilitas pinjaman bergulir atau revolving loan senilai US$ 55 juta atau setara Rp 775,77 miliar dengan asumsi kurs Rp 14.105 per US$.

Pinjaman tersebut dikucurkan untuk membantu menjaga keuangan HERO menghadapi tantangan yang signifikan akibat pandemi.

Tutup Sejumlah Gerai

CNBC Indonesia sebelumnya mencatat, pada tahun ini perseroan juga melakukan penutupan beberapa gerai Giant di daerah Jabodetabek. Penutupan beberapa toko tersebut merupakan proses transformasi bisnis perseroan untuk memastikan bahwa kami dapat bersaing secara efektif dalam bisnis ritel makanan di Indonesia.

Pasalnya, ritel makanan telah mengalami peningkatan persaingan dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, kinerja bisnis secara keseluruhan juga sangat terpengaruh oleh pandemi yang sedang berlangsung.

"Beragam pembatasan telah mempengaruhi operasional toko kami dan pelanggan telah mengubah perilaku belanja serta pola permintaan produk mereka," kata Hadrianus Wahyu, Direktur HERO, dalam penjelasannya, Selasa (9/2/2021).

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular