Analisis

Parah Amat! Borong 5 Saham Ini dalam 5 Tahun, Hasilnya Boncos

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
25 May 2021 12:05
Malacca Strait PSC, doc.EMP
Foto: Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Sementara, saham ENRG pernah melakukan reverse stock, yakni pada 2 Juli 2017. Dengan rasio reverse stock 8:1, harga saham ENRG disesuaikan menjadi Rp400 dari sebelumnya Rp 50.

Namun, hari pertama setelah reverse stock harga saham ENRG runtuh 25% menjadi Rp 300 dan terus melemah hingga sempat menyentuh Rp72 pada Oktober 2017.

Adapun, BMTR sempat melakukan stock split pada 24 April 2007 dengan rasio 1 : 5. Setelah sempat menyentuh all time high pada 16 Mei 2013, di harga Rp 2.775/saham, saham ini terus cenderung bergerak turun.

Terakhir, KREN melakukan stock split pada 23 Juni 2016 dengan rasio 1: 5. Namun, setelah sempat mencapai harga tertinggi di Rp 775/saham pada 8 Juni 2018, saham ini terus melorot sampai ke harga Rp 118/saham saat ini.

Kinerja Fundamental yang Cenderung Ambles

Kinerja keuangan saham-saham di atas juga cenderung kurang menggembirakan sepanjang tahun pagebluk 2020. Hanya ENRG yang punya kinerja moncer.

Tahun lalu, LPPF mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 873,18 miliar. Kondisi ini berbalik dari tahun 2019 ketika LPPF masih mencetak laba bersih Rp 1,37 triliun.

Secara pendapatan sepanjang tahun lalu mengalami penurunan hingga 52,91% menjadi Rp 4,84 triliun, dari sebelumnya Rp 10,28 triliun.

Kemudian, PTPP membukukan penurunan laba bersih yang tajam hingga 84,28% secara tahunan (year on year/YoY).

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan, akhir tahun lalu laba bersih perusahaan tercatat sebesar Rp 128,75 miliar, jatuh dari posisi akhir 2019 yang senilai Rp 819,46 miliar.

Ketiga, KREN yang membukukan rugi bersih Rp 276,61 miliar per kuartal III 2020, berbalik dari sebelumnya laba bersih Rp 67,41 miliar pada 9 bulan pertama 2019.

Selanjutnya, BMTR yang mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 18,17% menjadi Rp 747,33 miliar per triwulan III 2020, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 913,23 miliar.

Adapun ENRG berhasil mencatatkan laba bersih US$ 53,65 juta atau setara dengan Rp 751,1 miliar (kurs 14.000) di tahun pandemi2020.

Laba bersih ini naik 92% jika dibandingkan dengan tahun 2019 yang sebesar US$ 28 juta atau setara Rp 392 miliar.

Meski memperoleh kenaikan laba yang cukup signifikan, selama 2020 lalu ENRGjustru mengalami penurunan pendapatan sebesar 3%. Pendapatan ini turun dari tahun 2019 sebesar US$ 334,34 juta atau setara Rp 4,68 triliun menjadi US$ 324,88 juta atau setara Rp 4,54 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular