Internasional

Harga Logam 'Dipaksa' Anjlok, Ternyata Gegara Xi Jinping!

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
24 May 2021 21:26
Chinese President Xi Jinping pledges an oath to the Constitution after being confirmed president for another term during the fifth plenary session of the National People's Congress (NPC) at the Great Hall of the People in Beijing, China March 17, 2018.  REUTERS/Thomas Peter
Foto: Xi Jinping/REUTERS/Thomas Peter

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga logam-logam industri di pasar global turun setelah Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China (National Development and Reform Commission/NDRC) mendesak perusahaan, yang menaikkan harga, untuk mempertahankan harga pasaran normal.

Langkah itu dilakukan oleh NDRC setelah harga logam tiba-tiba melonjak dalam beberapa bulan terakhir akibat munculnya negara-negara ekonomi utama pascadihantam pandemi Covid-19.

Menurut laporan outlet media pemerintah The Global Times, perusahaan-perusahaan utama China di sektor baja, besi dan aluminium "dipanggil bersamaan" oleh otoritas China pada Minggu lalu (23/5/2021) untuk wawancara.

The Global Times juga mengutip pernyataan NDRC yang mengatakan pertemuan itu diadakan karena beberapa komoditas mengalami peningkatan harga yang terus menerus dan drastis.

Awal pekan lalu, pemerintah China yang dipimpin Presiden Xi Jinping mengumumkan bahwa mereka akan mengupayakan kenaikan pasokan komoditas, dengan mengatakan akan mengekang harga yang tidak masuk akal.

Pedagang komoditas juga berhati-hati setelah pemerintah AS di Gedung Putih mengatakan pada Jumat pekan lalu (21/5/2021) bahwa pemerintah telah memotong tagihan anggaran infrastrukturnya dari US$ 2,25 triliun menjadi US$ 1,7 triliun.

Dilansir dari BBC, harga logam, termasuk tembaga dan aluminium, termasuk di antara yang terpengaruh selama 3 bulan terakhir.

Di bursa berjangka London Metal Exchange (LME), harga tembaga turun 1,6% menjadi US$ 9.881 atau Rp 141 juta (asumsi Rp 14.300/US$) per metrik ton. Sementara aluminium turun sebesar 1,09% menjadi US$ 2.370 (Rp 34 juta) per metrik ton.

Harga global untuk banyak logam mentah yang dibutuhkan untuk industri, termasuk tembaga, batu bara, baja, dan bijih besi, telah naik tajam tahun ini karena aturan penguncian Covid-19 telah dikurangi.

Langkah-langkah stimulus ekonomi besar-besaran oleh pemerintah dan bank sentral di seluruh dunia juga telah mendorong permintaan komoditas logam ini sehingga mengerek harga.

China, yang dikenal sebagai 'pabrik dunia', merupakan pengguna bahan baku terbesar secara global untuk komoditas loham. Pada April, ekspor negara itu secara tak terduga melonjak karena pemulihan cepat Amerika dari pandemi membantu memacu permintaan.

Produksi pabrik yang terhenti di India, yang tengah berjuang dengan krisis virus corona, juga membantu meningkatkan pasar global untuk barang-barang China.

Ekspor China dalam dolar melonjak lebih dari 32% dari tahun sebelumnya menjadi hampir US$ 264 miliar atau Rp 3.775 triliun. Di bulan yang sama, impor tumbuh pada laju tercepat dalam lebih dari satu dekade, naik 43% dari tahun lalu.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tembaga "Si Minyak Baru"

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular