Meski Anjlok 5% Sepekan, Banyak yang Ramal Minyak ke US$ 100

Tirta, CNBC Indonesia
21 May 2021 13:35
PHE WMO operasikan kembali anjungan PHE 12. (Dok. Pertamina Hulu Energi)
Foto: PHE WMO operasikan kembali anjungan PHE 12. (Dok. Pertamina Hulu Energi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah masih tak bergairah. Seminggu terakhir harga si emas hitam sudah turun 5% dan menjadi koreksi harga terbesar sejak bulan Maret. 

Alasan mengapa harga minyak anjlok tak jauh dari adanya potensi kenaikan pasokan di pasar. Presiden Iran mengatakan Amerika Serikat siap untuk mencabut sanksi terhadap sektor minyak sektor perbankan dan pengiriman di negaranya. 

Iran dan dunia barat telah melakukan pembicaraan sejak April untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir. Pejabat Uni Eropa yang memimpin diskusi mengatakan pada Rabu bahwa ia yakin kesepakatan akan tercapai.

"Kemajuan signifikan tampaknya telah dibuat dalam negosiasi nuklir yang sedang berlangsung di Wina dan sekitar 1 juta barel per hari tambahan minyak Iran tampaknya akan berpotensi memasuki pasar pada paruh terakhir tahun ini," tulis Helima Croft dari RBC Capital Markets di sebuah catatan.

Inilah yang membuat harga si emas hitam drop. Pada perdagangan waktu Asia hari ini Jumat (21/5/2021), harga kontrak Brent naik 0,22% ke US$ 65,25/barel dan kontrak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,26% ke US$ 62,21/barel. 

Namun, investor tetap optimis tentang pemulihan permintaan bahan bakar musim panas ini karena program vaksinasi di Eropa dan Amerika Serikat akan memungkinkan lebih banyak orang untuk bepergian, meskipun meningkatnya kasus di seluruh Asia dapat membebani konsumsi global.

Investor bertaruh terhadap opsi harga minyak bakal naik di atas US$ 100 untuk kontrak Brent pada Desember 2021 telah melonjak setelah data inflasi AS yang sangat kuat dirilis minggu lalu.

Bank investasi Wall Street JPMorgan memperkiraan harga Brent akan berakhir di US$ 74 pada 2021.

"Untuk mencapai US$ 100, perlu ada permintaan rata-rata di atas 102,6 juta barel per hari pada kuartal ketiga dan tumbuh menjadi 103,6 juta barel per hari pada kuartal keempat dengan tidak adanya respons tambahan pasokan OPEC+" kata JPMorgan sebagaimana dikutip Reuters.


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular