
Unstoppable! Asing Kabur di 10 Saham Oke Ini, ANTM-GGRM

Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan jual asing (net sell) masih terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI) terutama di pasar negosiasi dan tunai pada perdagangan Kamis kemarin (20/5/2021) di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup hijau.
Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, net sell asing kemarin mencapai Rp 296,54 miliar di pasar nego dan tunai, sementara di pasar reguler net buy (beli bersih) sebesar Rp 279 miliar. Dengan demikian di semua pasar net sell Rp 17,78 miliar.
Sepekan terakhir asing keluar di semua pasar mencapai Rp 647 miliar (nego Rp 412 miliar dan reguler Rp 234 miliar).
Sementara itu dalam 3 bulan terakhir, asing keluar mencapai Rp 5,69 triliun di pasar reguler.
Pada perdagangan kemarin, IHSG ditutup naik 0,64% di posisi 5.797,59. Nilai transaksi mencapai Rp 10,51 triliun dengan 239 saham turun, 252 saham naik dan sisanya 147 saham stagnan.
Berikut catatan 10 saham dengan aksi jual bersih terbanyak dalam sehari di pasar reguler.
10 Top Net Foreign Sell (20 Mei) Reguler
1. Antam (ANTM), net sell Rp 116 M, saham -5,10% Rp 2.420
2. Bank Mandiri (BMRI), Rp 28 M, saham -0,44% Rp 5.650
3. Bank BTN (BBTN), Rp 20 M, saham flat Rp 1.550
4. Mitra Keluarga (MIKA), Rp 18 M, saham flat Rp 2.610
5. Gudang Garan (GGRM), Rp 14 M, saham -0,45% Rp 32.925
6. Sarana Menara (TOWR), Rp 14 M, saham +2,13% Rp 1.200
7. Indah Kiat (INKP), Rp 11 M, saham -2,47% Rp 8.875
8. Charoen Pokphand (CPIN), Rp 9 M, saham +3,17% Rp 6.500
9. Adaro Energy (ADRO), Rp 9 M, saham -0,43% Rp 1.170
10. Surya Citra Media (SCMA), Rp 8 M, saham +1,02% Rp 1.490
Dari jumlah emiten di atas, hanya dua emiten dengan kapitalisasi pasar big cap alias di atas Rp 100 triliun. Keduanya yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang punya kapitalisasi pasar Rp 264 triliun dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) sebesar Rp 107 triliun.
Adapun dari sektor perbankan hanya dua yang masuk 10 besar net sell asing yakni Bank Mandiri dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Sementara itu, perbankan BUMN lainnya seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) justru mencatat net buy asing masing-masing Rp 4 miliar dan Rp 13 miliar.
Bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga mencatat net buy Rp 190 miliar, terbesar kemarin.
Adrian Joezer, Head of Equity Research Bank Mandiri, dalam paparannya Rabu pekan ini, menilai investor pasar modal memang saat ini diliputi kekhawatiran serius soal perkembangan ekonomi di negara maju dan negara berkembang serta peningkatan kasus covid-19 di dalam negeri. Ini juga yang mendasari ambruknya IHSG beberapa waktu terakhir.
"Bahwa memang risiko oleh investor lebih kepada recovery dari pertumbuhan di negara-negara maju terutama di Amerika Serikat (AS) lebih cepat dibandingkan di emerging market terutama Indonesia," ungkap Adrian Joezer.
Bila merunut ke belakang, IHSG berada di jalur positif sejak November 2020 hingga awal 2021. Investor awalnya cukup optimistis mengenai penanganan Covid-19 namun ternyata pascaliburan akhir tahun, ada lonjakan kasus yang diikuti dengan kebijakan pengetatan aktivitas.
Kini ada kekhawatiran baru mengenai kerumunan saat lebaran di berbagai tempat wisata. Meskipun pemerintah sudah memberlakukan larangan mudik.
"Ini menjadi titik risiko diambil dan diantisipasi investor," terang Adrian.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500
