
Kok Bisa Rupiah di Atas Rp 14.300/US$? Begini Ceritanya...

Investor tengah menanti rilis notula rapat atau minutes of meeting The Fed edisi April 2021. Dalam rapat tersebut, Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 0-0,25%.
Namun pelaku pasar ingin mendalami seperti apa 'suasana kebatinan' di rapat itu. Pelaku pasar ingin mencari petunjuk lebih jelas mengenai arah kebijakan moneter ke depan.
Satu kata uang akan dicari adalah inflasi. Apabila para petinggi The Fed mulai waspada terhadap risiko percepatan laju inflasi, maka kemungkinan tidak lama lagi kebijakan moneter akan mulai diketatkan.
"Saya paling khawatir soal inflasi. Data inflasi terkini di AS menunjukkan angkanya lumayan tinggi, sementara Inggris dan Kanada relatif lebih rendah. Jika seperti ini terus, maka normalisasi kebijakan moneter di AS akan terjadi lebih awal sehingga aksi jual terhadap dolar AS akan segera berakhir," jelas Masafumi Yamamoto, Chief Currency Strategist di Mizuho Securities yang berkedudukan di Tokyo (Jepang), seperti dikutip oleh Reuters.
Sembari menunggu rilis itu, yang rencananya keluar Kamis dini hari pukul 01:00 WIB, investor memilih berhati-hati. Apalagi kalau yang dikatakan Yamamoto benar, bahwa The Fed mulai mewaspadai inflasi yang artinya suku bunga acuan kemungkinan akan naik dalam waktu tidak terlalu lama. Dolar AS tentu jadi seksi lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
