Morgan Stanley Buka-bukaan Soal Risiko Pasar Keuangan Global

Monica Wareza, CNBC Indonesia
18 May 2021 12:45
The corporate logo of financial firm Morgan Stanley is pictured on the company's world headquarters in the Manhattan borough of New York City, January 20, 2015. REUTERS/Mike Segar
Foto: Morgan Stanley (REUTERS/Mike Segar)

Jakarta, CNBC Indonesia - Morgan Stanley menyebutkan pertumbuhan ekonomi dunia mulai bangkit pada kuartalĀ III-2022 dan diperkirakan akan lebih tinggi ketimbang sebelum Covid. Hingga akhir 2021 berdasarkan konsensus perekonomian global diprediksi akan tumbuh 6,5% dan prediksi institusi ini bahkan lebih tinggi 50 basis poin (bps).

Chief Economist & Global Head of Economics Morgan Stanley Chetan Ahya mengatakan perekonomian global diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi sejak mulai bergerak pada Mei tahun lalu. Sehingga pertumbuhan ini diprediksi akan tumbuh lebih cepat dibanding sebelum terjadinya pandemi.

"Kami memperkirakan pertumbuhan global akan berada pada 6,5% pada tahun 2021 dan 4,8% pada tahun 2022. Dalam kedua tahun tersebut, secara efektif, kami berada 50 basis poin di atas konsensus," kata Ahya dalam Morgan Stanley Media Webcast, Selasa (18/5/2021).

Namun demikian, pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi ini bukan tidak ada risiko. Dia menyebutkan setidaknya ada dua risiko yang akan menjegal pertumbuhan tersebut.

Pertama adalah adanya strain baru Covid-19 yang bermunculan, bahkan varian baru ini masih belum bisa diidentifikasi dan tidak mempan dengan vaksin yang sudah digunakan banyak negara di dunia. Terutama saat ini dengan adanya varian baru di India yang saat ini masih belum teruji sehingga risiko dari Covid dinilai masih ada.

"Meski saat ini Moderna menyebutkan tengah mengerjakan beberapa varian yang sudah dikenal dan mereka telah mengetahuinya di dari segi riset yang berhasil pada varian tersebut juga, tentunya varian India belum sepenuhnya teruji sehingga risikonya masih ada," jelas dia.

Selanjutnya adalah adanya risiko inflasi yang diperkirakan akan menjadi penahan pertumbuhan. Saat ini banyak pelaku pasar yang berfokus pada masalah inflasi ini, bahkan risiko ini sudah diantisipasi oleh Morgan Stanley sejak tahun lalu.

Risiko inflasi ini juga didorong oleh kurang pasokan chip di bidang manufaktur Amerika yang diharapkan hanya akan berlangsung sementara.

"Kami memperkirakan inflasi inti, PCE [Personal Consumption Expenditure] mulai naik sekitar 2% dari Maret 2022," terangnya.

Namun jika kenaikan inflasi bisa menembus 2,5%, kata dia, hal ini akan mengganggu jalur peningkatan suku bunga The Fed yang akan berdampak pada pengetatan keuangan dan mendorong perlambatan pertumbuhan.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Morgan Stanley: Taper Tantrum 2013 Niscaya Tak Akan Terulang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular