GoTo Dual Listing, Apakah Periode Bakar Uang Sudah Selesai?

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
19 May 2021 12:35
Gojek dan Tokopedia Bentuk GoTo (Dok. GoTo)
Foto: Gojek dan Tokopedia Bentuk GoTo (Dok. GoTo)

Jakarta, CNBC Indonesia - JP Morgan Sekuritas Indonesia menilai rencana GoTo melakukan pencatatan saham secara dual listing di bursa saham domestik dan Amerika Serikat akan cukup positif diserap pasar.

Pasalnya, secara proyeksi bisnis ke depan, ekonomi internet di Indonesia akan terus berkembang. Diperkirakan, pada 2023 mendatang nilai ekonomi digital akan mencapai US$ 100 miliar atau setara 10% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

"Potensinya masih ada, kalau kita melihat perusahaan internet makin mature, fase bakar uang 3-4 tahun lalu sangat intens, tapi sekarang monetisasi, bisa capai profit dalam waktu dekat, kompetisi makin rasional," kata Executive Director JP Morgan Sekuritas Indonesia, Henry Wibowo dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Rabu (19/5/2021).

Henry menilai, GoTo, entitas hasil merger Gojek dan Tokopedia berpeluang melakukan penawaran umum di Amerika Serikat jika target dana yang dihimpun sudah lebih dari US$ 2 miliar. Pasalnya, investor di negara tersebut sudah familiar dengan perusahaan teknologi termasuk ride hailing yang lebih dulu melantai seperti Uber dan Lyft.

"Kita optimis mereka akan dual listing di Indonesia dan AS, untuk IPO di atas US$ 2 miliar biasanya sudah melibatkan US capital market," katanya.

Namun, jika IPO juga dilangsungkan di bursa domestik, investor ritel berkesempatan membeli saham perusahaan teknologi dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua setelah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

"Saya rasa pentig IPO di BEI, ini pride of the nation, kedua financial benefit yang mereka dapatkan, branding melekat memberikan kesempatan bagi investor ritel," ujarnya.

Selain itu, dengan perkiraan valuasi mencapai US$ 35 miliar sampai dengan US$ 40 miliar, market cap GoTo sudah melebihi perusahaan besar yang lebih dulu establish seperti Astra, Unilever dan Telkom.

"Jika sudah besar sekali apalagi divaluasi mencapai US$ 35- US$ 40 miliar, nomer dua di LQ45, jadi must own stock," ujarnya.

Sebelumnya, Gojek dan Tokopedia resmi menggabungkan kedua perusahaan. Ekosistem GoTo saat ini mencakup 2% dari PDB Indonesia.

Penggabungan ini didukung oleh investor besar termasuk Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD.com, KKR, Northstar, Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital India, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa dan Warburg Pincus.

Pada 2020, total Nilai Transaksi Bruto Grup (GTV) lebih dari US$ 22 miliar pada tahun 2020 dengan lebih dari 1,8 miliar transaksi pada tahun 2020. Total armada pengemudi terdaftar lebih dari dua juta pada Desember 2020 dan Lebih dari 11 juta mitra pedagang per Desember 2020.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Selain RI, Bursa Mana yang Bakal Tampung IPO Raksasa GoTo?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular