Dikejar Utang Nobel Group, Atlas Resources Private Placement

tahir saleh, CNBC Indonesia
18 May 2021 19:51
Pekerja melakukan bongkar muat batu bara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (23/2/2021). Pemerintah telah mengeluarkan peraturan turunan dari Undang-Undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Adapun salah satunya Peraturan Pemerintah yang diterbitkan yaitu Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu Bara di Terminal Tanjung Priok. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pertambangan dan perdagangan batu bara, PT Atlas Resources Tbk (ARII) akan menggelar penambahan modal via penerbitan saham baru tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Non-HMETD) alias private placement.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Atlas akan menerbitkan 131 juta saham baru dengan nilai nominal Rp 200/saham.

Harga pelaksanaan private placement ini yakni Rp 1.100/saham, atau harganya premium dari harga rata-rata perdagangan Selasa (18/5/2021) Rp 166/saham.

Dengan private placement ini maka pemegang saham lama akan mengalami dilusi, tapi belum dijelaskan berapa persen dilusi yang dialami.

Andre Abdi, Direktur Utama Atlas Resources, dalam pernyataannya di BEI, mengatakan rencana pelaksanaan PMTHMETD (penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu) ini dalam rangka penyelesaian utang perusahaan kepada Nobel Group.

Jumlah saham sebelum PMTHMETD yakni 3 miliar saham, dan jumlah saham bereda setelah private placement itu menjadi 3,13 miliar saham.

Tanggal pelaksanaan private placement yakni 25 Mei dan pemberitahuan hasil pelaksanaan private placement 28 Mei 2021.

Mengacu laporan keuangan per September 2020 atau Q3-2020, pendapatan ARII turun menjadi US$ 29,21 juta atau setara dengan Rp 424 miliar (kurs Rp 14.500/US$) dari sebelumnya US$ 47,52 juta.

Di tengah penurunan pendapatan, ARII menderita rugi bersih US$ 10,25 juta atau Rp 149 miliar dari rugi bersih di 2019 sebesar US$ 4,21 juta atau Rp 61 miliar.

Per September 2020, liabiltas jangka pendek mencapai US$ 198,93 juta dari Desember 2019 sebesar US$ 260,38 juta, sementara liabilitas jangka panjang naik jadi US$ 127,05 juta dari US$ 57,51 juta.

Sementara itu ekuitas perusahaan hanya US$ 30 juta dari Desember 2019 sebesar US$ 46,06 juta.

Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha ARII adalah dalam bidang perdagangan batu bara, pertambangan dan transportasi batu bara, dan kegiatan penunjang operasi penambangan batu bara lainnya seperti penyewaan peralatan dan kendaraan.

Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada Maret 2008. Perusahaan berdomisili di Jakarta dan berlokasi di Sampoerna Strategic Square, South Tower, Lantai 18, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 45 - 46, Jakarta Selatan, Indonesia.

PT Calorie Viva Utama (CVU) adalah entitas induk perusahaan, sedangkan PT Artha Jasa Sentosa (AJS) adalah pemegang saham terakhir perusahaan, keduanya merupakan perusahaan terbatas yang didirikan di Indonesia.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara To The Moon Taipan Makin Cuan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular