Sepanjang 2020, BUMI Catat Pendapatan US$ 790,44 juta

Rahajeng KH, CNBC Indonesia
18 May 2021 12:40
Direktur dan Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava (Anisatul Umah/CNBC Indonesia)
Foto: Direktur dan Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava (Anisatul Umah/CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencatatkan pendapatan US$ 790,44 juta sepanjang 2020, turun 28,7% dibandingkan 2019 senilai US$ 1,11 miliar. Dari perolehan pendapatan ini perusahaan mencatatkan laba usaha senilai US$ 28,47 juta.

Sementara dari sisi total aset BUMI tercatat US$ 3,43 miliar, menurun 5% dibandingkan 2019 senilai US$ 3,61 miliar. Dari sisi liabilitas sepanjang 2020 tercatat US$ 3,29 miliar, dibandingkan 2019 senilai US$ 3,19 miliar.

Direktur dan Sekretaris Perusahaan Dileep Srivastava mengatakan sepanjang 2020 BUMI mengalami kondisi yang berat karena adanya pandemi Covid-19 yang membuat penurunan nilai aset dalam eksplorasi karena adanya pembatasan. Selain itu, kontribusi yang lebih rendah dari anak perusahaan karena penurunan harga batubara dan tonase penjualan. Kemudian pajak yang dibayarkan tahun lalu lebih tinggi karena ada beberapa penyesuaian.

Hal ini pun membuat BUMI mengalami kerugian US$ 337,35 juta sepanjang 2020, setelah sebelumnya mencatatkan laba US$ 9,47 juta di 2019. Salah satu penyebabnya juga dari faktor penurunan harga batu bara di 2020 sebesar 14% menjadi US$ 44,2 per ton, dari US$ 51,7 per ton di 2019.

"Namun, perusahaan masih dapat mempertahankan kinerja produksinya dengan hanya mencatatkan penurunan 7% pada Penjualan Gabungan volume menjadi 81,5 juta ton, dibandingkan 2019 87,7 juta ton," kata Dileep dalam pernyataan hari ini.

Selain itu, lesunya aktivitas ekonomi sepanjang tahun lalu juga berimbas pada turunnya permintaan batu bara. Dileep menilai tahun lalu sektor batu baru dalam situasi memprihatinkan, namun perusahaan masih membukukan pendapatan operasional sebesar US$ 230,3 juta.

Beban pokok penjualan pun turun menjadi US$ 3,24 miliar pada 2020 dibandingkan pada 2019 US$ 4 miliar pada tahun fiskal 2019. Hal ini sejalan dengan penurunan COGS unit sebesar 13% menjadi US$ 39,8 / ton pada 2020, dengan total produksi 81,5 juta ton dibandingkan dengan US$ 45,6 / ton ketika produksi 87,7 juta ton.

"Penutupan inventory pada akhir 2020 turun 30% menjadi 2,2 juta ton dari 3,2 juta ton pada akhir 2019, ini ditujukan untuk mengoptimalkan modal kerja," kata dia.

Saat ini perusahaan pun masih tetap konsisten menyelesaikan kewajibannya, hingga April 2021 jumlah pokok dan bunga Tranche A yang telah dilunasi sebesar US$ 341,7 juta.

"Tidak dapat dipungkiri, dampak pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi kinerja perusahaan. Namun pada tahun 2020, namun sinyal pemulihan di sektor batubara mulai terlihat sejak akhir tahun 2020 dan terus berlanjut di kuartal I- 2021. Dengan kondisi yang semakin membaik ini, dan tren kenaikan harga batubara, perusahaan optimis dapat menghasilkan kinerja dan prestasi yang lebih baik dalam jangka menengah," jelas Dileep.

Pemulihan pada sektor batu bara juga terlihat dari harga batu bara yang menguat dan hampir menyentuh US$ 100/ton. Saham BUMI pun memimpin penguatan dengan melonjak 3,33% ke Rp 62/saham dengan nilai transaksi Rp 2 miliar. Kendati menguat, asing tercatat melego saham BUMI sebesar Rp 144,19 juta. Adapun kemarin (17/5), saham ini ambles 4,76% ke Rp 60/saham.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pecah Rekor, BUMI Catat Pendapatan US$ 8,53 Miliar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular