Pecah Rekor, BUMI Catat Pendapatan US$ 8,53 Miliar

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencatatkan pendapatan senilai US$ 8,53 miliar atau setara Rp 128,64 triliun (kurs Rp 15.082) sepanjang 2022, melesat 57% dibandingkan 2021 senilai US$ 5,42 juta.
Pendapatan tersebut pun menjadi rekor emiten batu bara di bawah naungan Grup Bakrie dan Salim. Berdasarkan keterangan resmi perusahaan, pendapatan tersebut termasuk laporan konsolidasi PT Kaltim Prima Coal (KPC).
Rekor pendapatan ini pun berkontribusi pada melesatnya laba BUMI hingga 138% atau senilai US$ 1,16 miliar, dibandingkan laba 2021 senilai US$ 488 juta.
Sekretaris dan Direktur BUMI Dileep Srivastava mengatakan sepanjang 2022 perusahaan menghadapi tantangan 'unik' yakni hujan lebat terus menerus sejak akhir 2021. Krisis energi dan konflik geopolitik pun menurutnya menjadi perhatian, karena berpotensi pada berlanjutnya gejolak ekonomi.
"Kekhawatiran akan resesi, dan ketidakstabilan keuangan baru-baru ini yang berpotensi menyebabkan gangguan ekonomi lebih lanjut," kata Dileep, Rabu (29/3/2023).
Selain itu, tarif royalti untuk KPC dan Arutmin meningkat menjadi 14% (domestik), hingga 28% untuk ekspor dengan harga batu bara di atas US$ 100 per ton.
Penjualan batu bara pun turun 12% dari semula 79 juta ton pada 2021, menjadi 69,4 juta ton di 2022. Rinciannya, penjualan KPC turun 15% menjadi 48,2 juta ton, dan Arutmin menjadi 21,2 juta ton, turun 4%.
Sementara itu, batu bara yang ditambang sepanjang tahun lalu pun menjadi 71,9 juta ton, karena turunnya produksi Arutmin dan KPC.
"Penyebab utama adalah La Nina atau hujan terus-menerus sepanjang tahun yang mempengaruhi output sebesar 9% atau 7 juta ton," ujarnya.
Dari sisi biaya produksi pun meningkat akibat tingginya harga minyak dan tingginya ratio pengupasan (stripping ratio). Dileep mengatakan inventory akhir tahun meningkat sebesar 3,5 juta ton untuk mengoptimalkan modal kerja.
[Gambas:Video CNBC]
Mantap! Moody's Naikan Peringkat BUMI Jadi B3
(rah/rah)