Bukan Soal 'Receh' Bikin Elon Musk Khawatir Masa Depan Kripto

chd, CNBC Indonesia
18 May 2021 13:50
CEO Tesla, Elon Musk, memperkenalkan Cybertruck di studio desain Tesla.
Foto: (AP Photo / Ringo H.W. Chiu)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jagat kripto kembali heboh dalam beberapa hari terakhir. Pasalnya, sang pengusaha dan pemilik perusahaan produsen mobil listrik Tesla, Elon Musk berencana menghentikan pembelian mobil miliknya menggunakan Bitcoin.

Keputusan ini menyusul adanya riset yang menyebutkan bahwa transaksi Bitcoin memiliki dampak lingkungan yang cukup serius karena meningkatnya penggunaan energi ketika kripto terbesar tersebut sedang diperdagangkan.

Dilansir dari CNBC International, Jumat (14/5/2021), Elon Musk dalam keterangannya menyebutkan adanya kekhawatiran bahwa Bitcoin menyebabkan penggunaan bahan bakar fosil yang meningkat pesat.

Dia juga menyinggung data dari peneliti di Universitas Cambridge yang menunjukkan lonjakan penggunaan listrik bitcoin tahun ini.

Sebenarnya bukan hanya Musk yang khawatir dengan kondisi tersebut. Kritikus bitcoin telah lama waspada terhadap dampaknya terhadap lingkungan.

Cryptocurrency menggunakan lebih banyak energi daripada seluruh negara seperti Swedia dan Malaysia, menurut Indeks Konsumsi Listrik Bitcoin Cambridge. Hal itu pun bertentangan dengan ESG yang terus meningkatkan komitmennya untuk menangani perubahan iklim.

Martin Whittaker, CEO spesialis pasar ESG, JUST Capital, yang berfokus pada pertanggungjawaban perusahaan pada masalah-masalah seperti emisi karbon, mengatakan kritik iklim terhadap bitcoin mudah dibuat, tetapi dapat disederhanakan.

"Saya telah melihat jumlah jejak karbon yang sama dengan Swedia atau Selandia Baru dan kenyataannya itu tergantung pada bagaimana listrik dihasilkan. Jika Anda menambang semuanya dari batu bara bitumen yang akan memberi Anda satu tingkat intensitas karbon, tetapi jika berasal dari tenaga bersih, jejaknya sama sekali berbeda, cryptocurrency pun bisa menjadi peluang besar bagi siapa saja yang peduli dengan energi bersih," Whittaker mengatakan di acara virtual CNBC Global CFO Council pada Kamis (13/5/2021) pekan lalu.

Dalam pembelaan Musk, komentarnya tentang intensitas energi penambangan juga merupakan seruan bagi industri kripto untuk fokus pada menciptakan operasi yang efisien dan mungkin dengan lebih banyak kendali atas pasar untuk dirinya sendiri.

Tweet Musk baru-baru ini merujuk pada Dogecoin yang dipromosikan oleh Musk sebagai kripto masa depan, di mana ia "menang telak".

Bagaimanapun, argumentasi soal iklim membuat para leaders kripto yang telah terlibat selama lebih dari satu dekade pun tampak bingung.

"Saya tidak mengerti mengapa dia mengatakan itu, karena saya berharap dia memahami cara kerja penambangan," kata Wences Casares, CEO bank digital dan kustodian bitcoin Xapo, di virtual CNBC Global CFO Council.

Ia mencatat bahwa dunia sudah membuang banyak energi dalam aktivitas yang tidak berguna dan penambangan bitcoin menggunakan persentase energi dunia yang sangat kecil, dan sebagian besar operasinya sudah dapat diperbarui.

Sekitar tiga perempat dari penambangan kripto menggunakan sebagian energi terbarukan dan 39% seluruhnya dapat diperbarui (bila tenaga air disertakan), menurut para peneliti Cambridge, yang mengatakan bahwa topik tersebut terus "disalahartikan".

Dinamika iklim memanglah rumit, tetapi itu bukan fokus utama perusahaan. Hal Ini adalah gangguan dari pembelajaran dasar tentang Bitcoin yang masih dibutuhkan banyak perusahaan besar, jika mereka ingin menghindari tertinggal oleh transformasi fundamental di seluruh dunia.

Untuk memahami mengapa bitcoin sangat boros energi, harus dilihat teknologi yang mendasarinya, yakni blockchain.

Bitcoin bersifat desentralisasi, artinya tidak dikontrol oleh otoritas tunggal mana pun dan public ledger dari Bitcoin terus diperbaharui oleh jaringan komputer di seluruh dunia.

Para 'penambang' Bitcoin ini menjalankan komputer yang dibuat khusus untuk memecahkan teka-teki matematika yang kompleks untuk membuat transaksi berhasil. Ini adalah satu-satunya cara untuk mencetak bitcoin baru.

Mereka tidak menjalankan operasi ini secara gratis. Mereka harus mengeluarkan banyak uang untuk menyiapkan peralatan khusus. Hal utama untuk model Bitcoin, mereka menyebutknya 'bukti kerja' adalah harapan untuk mendapatkan Bitcoin jika berhasil memecahkan algoritma yang kompleks.

Perlu dicatat bahwa Dogecoin, yang harganya naik liar akhir-akhir ini karena dukungan dari Musk, juga menggunakan mekanisme yang sama.

Seorang profesor di University of Sussex Business School, Carol Alexander menyebutkan bahwa kesulitan penambang Bitcoin ini karena ukuran dari upaya jaringan yang diperlukan untuk menambang cryptocurrency terus naik dalam tiga tahun terakhir.

"Semakin banyak listrik yang digunakan, itu berarti bahwa kesulitan jaringan juga akan meningkat (dan) lebih banyak penambang yang datang karena tingkat hash akan meningkat," kata dia, dikutip Jumat (14/5/2021).

Data dari survei CNBC baru-baru ini menunjukkan bahwa lebih banyak kepala keuangan perusahaan yang menganggap serius Bitcoin.

Sebuah survei dari CNBC Global CFO Council yang dilakukan pada Maret lalu menemukan peningkatan besar pada chief financial officer yang mengatakan Bitcoin adalah nyata  dan persentasenya meningkat dua kali lipat menjadi lebih dari 50% sejak terakhir kali acara serupa digelar pada tahun 2017 lalu.

Di antara CFO yang berbasis di Amerika Serikat (AS), secara khusus, persentase yang mengatakan Bitcoin meningkat menjadi dua kali lipat, dari 33% menjadi 65%. Tetapi sebagian besar CFO di seluruh dunia, yakni lebih dari 80% juga percaya bahwa saat ini Bitcoin sedang bubble dan tidak boleh diterima sebagai sumber pembayaran.

"Saya tidak dapat membayangkan perusahaan Fortune 500 memiliki CFO yang tidak memahaminya dengan baik." kata Wences Casares, CEO bank digital dan kustodian bitcoin Xapo.

Selain itu, beberapa pejabat keuangan mengganggap Bitcoin lebih dari yang lain. David Sackett, CFO di ULVAC Technologies telah menjadi investor Bitcoin selama bertahun-tahun dan saat dia menyaksikan volatilitas cryptocurrency dengan cepat, dia berkata bahwa apa yang dia lihat adalah sumber daya yang langka yang tunduk pada penawaran dan permintaan.

"Saya kira akan turun lagi, tapi nilainya malah naik lagi," ujarnya.

Sementara Sackett mengatakan masih terlalu dini untuk memikirkan pelanggan, termasuk Intel, yang ingin membeli bitcoin dan dia percaya bahwa C-suite harus merangkul Bitcoin sebagai bagian dari neraca lebih cepat.

"Butuh beberapa dekade bagi Bitcoin untuk mencapai level tertingginya dan sulit bagi saya untuk membayangkannya menjadi kurang stabil," kata Casares, dilansir dari CNBC International.

"Ada korelasi antara apresiasi aset dan volatilitas dan bitcoin telah menjadi aset berkinerja terbaik dalam beberapa tahun terakhir dan telah menjadi yang paling tidak stabil. Saya akan khawatir jika volatilitas bitcoin turun," tambahnya.

 

Tidak dapat mengabaikan bitcoin jika Anda tidak memahaminya

Deloitte memiliki tim yang secara aktif melibatkan departemen keuangan dan keuangan perusahaan tentang cryptocurrency, sementara para ahli menganggap pandangan hedging Sackett dinilai agresif dan mereka tidak berpikir CFO harus merasa terdorong untuk membeli bitcoin berdasarkan premis jika mereka menunggu lebih lama.

"Sulit bagi perusahaan untuk membuat keputusan jika mereka tidak diberi tahu, dan kami masih dalam tahap pendidikan," kata Amy Park, mitra audit & jaminan blockchain-aset digital AS di Deloitte, diwartakan oleh CNBC International.

"Ini bukan hanya CFO tetapi komite audit dan dewan dan perbendaharaan dan keuangan, begitu banyak yang perlu membuat perubahan ini atau pindah sebagai bentuk investasi." tambahnya.

Bahkan jika bitcoin tidak menjadi pemenang kripto tunggal di masa depan, mata uang digital bank sentral akan menggantikannya, dengan China yang sudah memulai lebih awal, sementara bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) saat ini masih mempelajari masalah tersebut.

Salah satu cara untuk mempersiapkan dunia CBDC adalah dengan terjun langsung. Namun hal Itu tidak berarti dilakukan dengan membeli untuk keperluan neraca perusahaan, tetapi bagaimana cara yang lebih efektif untuk menguji sudut pandang.

 

Investor individual berinvestasi untuk para eksekutif

Bant dan Sackett berbagi satu pandangan tentang bitcoin dan memilikinya sebagai investor individu adalah bagian penting untuk lebih memahaminya, bahkan jika itu tidak berlaku untuk perusahaan sebagai alasan investasi. Seperti Sackett, Bant pertama kali berinvestasi di kripto pada tahun 2017.

"Saya pikir, seperti orang lain, saya ingin mendiversifikasi portofolio saya. Saya pikir individu memiliki toleransi risiko dan ambang batas yang berbeda dengan korporasi, ini hanyalah sebagian kecil untuk mendiversifikasi portofolio jangka panjang." katanya kepada CNBC International.

Dengan ketidakpastian di pasar saham dan kondisi bisnis, menambahkan cryptocurrency yang mudah menguap ke perbendaharaan perusahaan itu sulit. Namun demikian, CFO melihat nilai dalam bitcoin dan memasukkan dana pribadi mereka ke dalamnya.

 "Saya tidak ingat saat mereka mengambil lebih banyak risiko pribadi daripada yang mereka izinkan untuk bos mereka," kata McCullough.

Memang, Casares mengatakan salah satu cara terbaik bagi CFO untuk mendapatkan pengalaman dengan bitcoin adalah melalui investasi individu.

"Setelah 12 tahun bekerja di tempat ini tanpa gangguan, itu lebih tidak bertanggung jawab daripada bertanggung jawab atas individu untuk tidak terjerumus," katanya.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh... Bitcoin Bikin Uang Hilang Rp 4.007 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular