Nyaris ke Rp 14.300/US$, Rupiah Terlemah Kedua di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
17 May 2021 15:41
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah jeblok melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (17/5/2021) hingga nyaris menyentuh Rp 14.300/US$. Dolar AS yang sedang perkasa, serta kasus penyakit virus corona (Covid-19) yang kembali menanjak di ASEAN membuat investor was-was.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,04% ke Rp 14.200/US$. Rupiah kemudian jeblok hingga 0,67% ke Rp 14.290/US$, sebelum mengakhiri perdagangan di Rp 14.280/US$ atau melemah 0,6%.

Dibandingkan mata uang utama Asia lainnya, rupiah juga cukup terpuruk. Hingga pukul 15:17 WIB, rupiah hanya lebih baik dari won Korea Selatan yang merosot 0,82%. Hanya rupee India dan yen Jepang menguat masing-masing 0,15% dan -0,8%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia. 

Fakta melemahnya mayoritas mata uang Asia melemah menunjukkan dolar AS sedang perkasa.

Pada pekan lalu, rupiah mampu membukukan penguatan 0,6%, dan membukukan penguatan 4 pekan beruntun. Penguatan tersebut dicapai dari 2 hari perdagangan saja, sebab pasar keuangan dalam negeri libur Hari Raya Idul Fitri selama 3 hari. Saat libur tersebut, dolar AS mendapat tenaga.

Departemen Tenaga Kerja AS Rabu lalu melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan April melesat atau mengalami inflasi 4,2% dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Rilis tersebut jauh lebih tinggi ketimbang hasil survei Dow Jones sebesar 3,6%.

Sementara dari bulan Maret atau secara month-to-month (mtm) tumbuh 0,8%, juga jauh lebih tinggi dari survei 0,2%.

Sementara inflasi inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan dalam perhitungan tumbuh 3% yoy dan 0,9% mtm, lebih dari dari ekspektasi 2,3% yoy dan 0,3% mtm.

Kenaikan inflasi secara tahunan tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun 2008, sementara secara bulanan terbesar dalam 40 tahun terakhir.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Lockdown Kembali Terjadi di Negara Tetangga

Sementara itu dari dalam negeri pelaku pasar kini malah dibuat cemas akan virus corona. Sebab, meski sudah dilarang, masih banyak warga yang mudik Lebaran, begitu juga tempat-tempat wisata yang penuh. Hal tersebut tentunya berisiko meningkatkan kasus Covid-19.

Apalagi, negara-negara di ASEAN sudah mengalami kenaikan kasus, bahkan menerapkan kembali lockdown.

Mulai Minggu kemarin, Singapura kembali mengetatkan pembatasan kegiatan publik dan akan berlangsung dalam satu bulan ke depan.

Kementerian Kesehatan Singapura mengatakan pembatasan dilakukan mulai dari aturan pertemuan tatap muka maksimal dua orang serta larangan makan di restoran.
Seluruh aktivitas perkantoran pun disetop dan warga Singapura akan kembali bekerja dari rumah (work from home).

Kebijakan tersebut dilakukan guna meredam penyabaran Covid-19 yang kembali meningkat. Hingga Minggu siang kemarin, Singapura melaporkan kasus Covid-19 di 38 komunistas. Angka tersebut menjadi yang tertinggi sejak April tahun lalu ketika virus corona dilaporkan menyerang 40 komunitas.

Dari 38 komunitas tersebut, sebanyak 7 orang dilaporkan virus corona mutasi B1617 yang pertama kali terdeteksi di India.

Total kasus aktif Covid-19 di Singapura saat ini sebanyak 450 orang. Meski kasusnya tidak banyak, tetapi tren penambahan kasus tersebut menjadi kemunduran bagi Singapura, sehingga lockdown kembali harus ditertapkan.

Malaysia juga kembali menerapkan lockdown secara nasional mulai 12 Mei lalu hingga 7 Juni. Lockdown ini merupakan ketiga kalinya, setelah Maret 2020 dan Januari 2021. Malaysia kini berada di tengah gelombang ketiga kebangkitan corona.

Selain itu, Taiwan memutuskan untuk menaikkan tingkat kewaspadaan Covid-19 di Taipei dan New Taipei pada Sabtu waktu setempat, setelah ditemukan 180 kasus penularan lokal di negara tersebut.

Pemerintah Taiwan memutuskan untuk melarang pertemuan dan menutup banyak tempat umum selama dua pekan mendatang, seperti mengutip Reuters, Minggu (16/5/2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular