
Nyaris ke Rp 14.300/US$, Rupiah Terlemah Kedua di Asia

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah jeblok melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (17/5/2021) hingga nyaris menyentuh Rp 14.300/US$. Dolar AS yang sedang perkasa, serta kasus penyakit virus corona (Covid-19) yang kembali menanjak di ASEAN membuat investor was-was.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,04% ke Rp 14.200/US$. Rupiah kemudian jeblok hingga 0,67% ke Rp 14.290/US$, sebelum mengakhiri perdagangan di Rp 14.280/US$ atau melemah 0,6%.
Dibandingkan mata uang utama Asia lainnya, rupiah juga cukup terpuruk. Hingga pukul 15:17 WIB, rupiah hanya lebih baik dari won Korea Selatan yang merosot 0,82%. Hanya rupee India dan yen Jepang menguat masing-masing 0,15% dan -0,8%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Fakta melemahnya mayoritas mata uang Asia melemah menunjukkan dolar AS sedang perkasa.
Pada pekan lalu, rupiah mampu membukukan penguatan 0,6%, dan membukukan penguatan 4 pekan beruntun. Penguatan tersebut dicapai dari 2 hari perdagangan saja, sebab pasar keuangan dalam negeri libur Hari Raya Idul Fitri selama 3 hari. Saat libur tersebut, dolar AS mendapat tenaga.
Departemen Tenaga Kerja AS Rabu lalu melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan April melesat atau mengalami inflasi 4,2% dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Rilis tersebut jauh lebih tinggi ketimbang hasil survei Dow Jones sebesar 3,6%.
Sementara dari bulan Maret atau secara month-to-month (mtm) tumbuh 0,8%, juga jauh lebih tinggi dari survei 0,2%.
Sementara inflasi inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan dalam perhitungan tumbuh 3% yoy dan 0,9% mtm, lebih dari dari ekspektasi 2,3% yoy dan 0,3% mtm.
Kenaikan inflasi secara tahunan tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun 2008, sementara secara bulanan terbesar dalam 40 tahun terakhir.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Lockdown Kembali Terjadi di Negara Tetangga
