Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Mata uang Tanah Air juga lesu di perdagangan pasar spot.
Pada Senin (17/5/2021), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.284 Rupiah melemah 0,57% dibandingkan posisi sebelum libur Idul Fitri.
Di pasar spot, rupiah pun melemah. Kala penutupan perdagangan, US$ 1 setara dengan Rp 14.280 di mana rupiah terdepresiasi 0,6%.
Rupiah baru diperdagangkan setelah pekan lalu hanya ditransaksikan dua hari. Kebetulan hari ini bukan momentum yang tepat, karena dolar AS sedang sulit ditandingi.
Di Asia, terlihat dolar AS berjaya dengan menekuk lutut mayoritas mata uang utama Benua Kuning. Hanya rupee India, dolar Hong Kong, dan yen Jepang yang mampu menguat.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia di perdagangan pasar spot pada pukul 15:16 WIB:
Halaman Selanjutnya --> Corona Menggila di Asia
Ternyata tidak hanya di Asia, dolar AS pun sedang menguat secara global. Pada pukul 13:52 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,02%.
Pekan lalu, indeks ini menguat 0,18% secara point-to-point. Tren penguatan sepertinya masih berlanjut hingga pekan ini.
Sepertinya investor grogi untuk masuk ke pasar keuangan Asia karena perkembangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Di Singapura dan Taiwan, dua negara yang awalnya mampu mengendalikan pandemi, virus corona malah 'menggila'.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di Singapura per 16 Mei 2021 adalah 61.536 orang. Bertambah 31 orang (0.05%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Dalam sepekan terakhir, rata-rata penambahan pasien positif baru adalah 29 orang per hari. Lebih tinggi dibandingkan rerata seminggu sebelumnya yaitu 22 orang saban harinya.
Di Taiwan, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan melaporkan jumlah pasien positif corona per 17 Mei 2021 adalah 2.017 orang. Bertambah 335 orang, rekor penambahan kasus harian sejak pandemi meneror Taiwan pada Januari 2020.
Dalam seminggu ini, rata-rata penambahan pasien positif adalah 117 orang per hari. Melonjak tajam dibandingkan rata-rata sepekan sebelumnya yakni delapan orang setiap harinya.
"Angka (kasus positif) semakin meningkat. Sekarang memang masih relatif rendah, tetapi kita tidak punya waktu sebelum situasi seperti di India sudah di depan mata. Apalagi negara-negara Asia relatif tertinggal dalam hal vaksinasi sehingga upaya menormalkan kehidupan masyarakat mungkin akan tertunda sehingga membebani prospek pertumbuhan ekonomi," terang Robert Carnell, Kepala Riset Asia-Pasifik di ING, seperti dikutip dari Reuters.
Saat situasi di pasar sedang tidak kondusif, investor cenderung bermain aman dan menghindari risiko. Salah satunya dilakukan dengan memburu dolar AS yang berstatus sebagai safe haven asset. So, tidak heran mata uang Negeri Stars and Stripes begitu perkasa.
TIM RISET CNBC INDONESIA