Khawatir Covid-19 Meledak di RI, IHSG Akhirnya Tumbang 1,7%

Putra, CNBC Indonesia
17 May 2021 15:37
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambruk 1,76% ke level 5.833,86 pada penutupan perdagangan Senin (17/5/21). IHSG meninggalkan level psikologis 5.900 pada perdagangan hari bursa pertama setelah pasar keuangan dalam negeri libur panjang pasca Idul Fitri.

Nilai transaksi hari ini sebesar Rp 12 triliun dan terpantau investor asing membeli bersih Rp 35 miliar di pasar reguler. 113 saham terapresiasi, 414 terkoreksi, sisanya 117 stagnan.

Asing melakukan pembelian di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 314 miliar dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 69 miliar.

Sedangkan jual bersih dilakukan asing di saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) yang dilego Rp 164 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang dijual Rp 121 miliar.

Koreksi IHSG pada perdagangan hari ini memang sudah diprediksi mengingat ketika bursa saham global ambruk pekan lalu, IHSG sedang tutup karena merayakan libur Idul Fitri.

Apalagi jika semakin banyak yang menganut paham inflasi bakal naik tinggi ke depan dan The Fed siap ambil ancang-ancang untukhawkishmaka dana asing yang singgah di pasar-pasaremerging marketseperti Indonesia bisa ditarik berjamaah.

Aksi jual aset finansial yang masif hanya akan membuat pasar tertekan. Inilah yang dikhawatirkan terjadi seperti hampir tujuh tahun silam saat fenomena Taper Tantrum terjadi. Tingginya inflasi terutama di AS menjadi risiko bagi pasar negara berkembang.

Risiko lain yang patut dikalkulasi oleh investor adalah perkembangan kasus Covid-19 di dalam negeri. Memang secara angka kasus melandai. Namun masuknya berbagai varian mutan dan adanya fenomena mudik meski dilarang jelas patut untuk diwaspadai.

Minggu ini ada gelombang arus balik. Banyak yang khawatir jika masyarakat yang nekad mudik hanya akan menjadi superspreader.Ini bahaya! Jika berkaca pada India keteledoran harus dibayar dengan mahal.

Terlalu dini melonggarkan pengetatan berakibat fatal. Serangan kedua wabah Covid-19 empat kali lebih mengerikan dibandingkan dengan gelombang pertama. Arus mudik dan arus balik ini menjadi momok bagi perekonomian maupun pasar.

Bayangkan saja lebih dari 1,5 jutaorang tercatat mudik. Dari random sampling kepolisian, sebanyak 60% pemudik teridentifikasi Covid-19. Bagi pasar kenaikan kasus infeksi Covid-19 menunjukkan adanya risiko.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dibuka Hijau, IHSG Sempat Sentuh Rekor Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular