
Masih 'Mabuk' Pasca Liburan, IHSG Tumbang 1% Lebih

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambruk 1,26% ke level 5.863,27 pada penutupan perdagangan sesi pertama Senin (17/5/21). IHSG meninggalkan level psikologis 5.900 pada perdagangan hari ini yang merupakan hari bursa pertama setelah pasar keuangan dalam negeri libur panjang pasca Idul Fitri.
Nilai transaksi hari ini sebesar sebesar Rp 5,9 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 145 miliar di pasar reguler. 124 saham terapresiasi, 368 terkoreksi, sisanya 132 stagnan.
Asing melakukan pembelian di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 135 miliar dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 45 miliar.
Sedangkan jual bersih dilakukan asing di saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) yang dilego Rp 142 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang dijual Rp 102 miliar.
Koreksi IHSG pada perdagangan hari ini memang sudah diprediksi mengingat ketika bursa saham global ambruk pekan lalu, IHSG sedang tutup karena merayakan libur Idul Fitri.
Apalagi jika semakin banyak yang menganut paham inflasi bakal naik tinggi ke depan dan The Fed siap ambil ancang-ancang untukhawkishmaka dana asing yang singgah di pasar-pasaremerging marketseperti Indonesia bisa ditarik berjamaah.
Aksi jual aset finansial yang masif hanya akan membuat pasar tertekan. Inilah yang dikhawatirkan terjadi seperti hampir tujuh tahun silam saat fenomena Taper Tantrum terjadi. Tingginya inflasi terutama di AS menjadi risiko bagi pasar negara berkembang.
Risiko lain yang patut dikalkulasi oleh investor adalah perkembangan kasus Covid-19 di dalam negeri. Memang secara angka kasus melandai. Namun masuknya berbagai varian mutan dan adanya fenomena mudik meski dilarang jelas patut untuk diwaspadai.
Minggu ini ada gelombang arus balik. Banyak yang khawatir jika masyarakat yang nekad mudik hanya akan menjadisuperspreader.Ini bahaya! Jika berkaca pada India keteledoran harus dibayar dengan mahal.
Terlalu dini melonggarkan pengetatan berakibat fatal. Serangan kedua wabah Covid-19 empat kali lebih mengerikan dibandingkan dengan gelombang pertama. Arus mudik dan arus balik ini menjadi momok bagi perekonomian maupun pasar.
Bayangkan saja lebih dari 1,5 jutaorang tercatat mudik. Dari random sampling kepolisian, sebanyak 60% pemudik teridentifikasi Covid-19. Bagi pasar kenaikan kasus infeksi Covid-19 menunjukkan adanya risiko.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500