Ternyata Ini Penyebab Harga Minyak Sulit Tembus US$ 70 Lagi

Market - Tirta, CNBC Indonesia
17 May 2021 10:38
FILE PHOTO: Saudi Aramco's Ras Tanura oil refinery and oil terminal in Saudi Arabia, May 21, 2018. REUTERS/Ahmed Jadallah/File Photo Foto: File Photo: Saudi Aramco (REUTERS/Ahmed Jadallah/File Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak bulan April, harga minyak mentah masih uptrend. Hanya saja apresiasi yang terjadi belum sampai menghantarkan si emas hitam kembali sentuh US$ 70/barel. 

Di tengah berbagai sentimen yang campur aduk, harga minyak masih bisa menguat. Hari ini contohnya, Senin (17/5/2021) harga kontrak Brent naik 0,45% ke US$ 69,02/barel. 

Harga kontrak West Texas Intermediate (WTI) yang juga dikenal dengan nama Light Sweet juga naik 0,47% ke US$ 65,68/barel. Ini menjadi kabar yang positif untuk perdagangan minggu ini. 

Pasar terus mencermati dinamika dan isu yang mempengaruhi harga si emas hitam. Fokus pelaku pasar kini terpecah ke Barat dan Timur. Di Barat pipa penyaluran minyak Paman Sam yang sempat tak beroperasi karena ulah hacker kini sudah mulai mendistribusikan bahan bakar. 

Untuk diketahui, minggu lalu sistem penyaluran bahan bakar di AS sempat terkena retas sehingga membuat infrastrukturnya tak bisa fungsional. Bensin sempat langka di berbagai wilayah. Hal ini membuat harga di pasar juga melambung. 

Namun dengan kembali beroperasinya pipa penyalur minyak seharusnya distribusi sudah bisa kembali walaupun secara gradual. 

Vaksinasi Covid-19 yang terus digenjot di AS dan Eropa membuat optimisme semakin membuncah. Perekonomian yang tadinya dikunci kini perlahan mulai dilonggarkan dan dibuka. 

Mobilitas diharapkan bakal mulai terpantau ramai lagi. Kalau ada mobilitas masyarakat artinya roda perekonomian pun berputar. Input dari aktivitas ekonomi adalah bahan bakar. Besar harapan permintaan minyak akan terdongkrak, sehingga harganya pun bakal ikut terkerek. 

Harga si emas hitam juga didukung dengan tren pelemahan dolar AS yang masih terus berlanjut. Layaknya emas, minyak juga cenderung bergerak berlawanan arah dengan greenback, meskipun korelasinya tak sekuat emas.

Namun di saat yang sama, risiko infeksi Covid-19 masih terus membayangi. Di kawasan Timur terutama Asia, wabah Covid-19 di India masih menggila. Kasus infeksi harian masih empat kali lebih tinggi dari puncak gelombang pertama. 

Serangan gelombang kedua Covid-19 membuat India dikunci lagi. Artinya mobilitas masyarakat kembali tersendat. Sebagai salah satu top 5 konsumen sekaligus importir minyak tentu saja ini menjadi kabar yang negatif. 

Mix-nya sentimen inilah yang membuat harga minyak terutama Brent berkali-kali gagal tembus level psikologis US$ 70/barel. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Ngos-ngosan Sepekan, Harga Minyak Dunia Gak Kuat Nanjak


(twg/twg)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading