Babak Belur! Dolar AS Tak Berdaya di Eropa

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 May 2021 17:30
Mata Uang Euro.
Ilustrasi Euro (REUTERS/Lee Jae-Won)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) benar-benar kelimpungan hari ini. 'Tertindas' di Asia, mata uang Negeri Paman Sam juga 'teraniaya' di Eropa.

Apa mau dikata, dolar AS memang sedang menjalani tren depresiasi. Pada Jumat (14/5/2021) pukul 16:12 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,32%. Dalam sebulan terakhir, Dollar Index terkoreksi 1,33%.

Ini menandakan pelemahan dolar AS terjadi secara luas (across the board). Di Asia, dolar AS melemah di hadapan yuan China, dolar Hong Kong, rupee India, yen Jepang, hingga peso Filipina.

Depresiasi dolar AS juga terjadi di Eropa. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Biru di perdagangan pasar spot pada pukul WIB:

Hari ini, laju dolar AS tertahan akibat pernyataan dari pejabat bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed). Christopher 'Chris' Waller, Anggota Dewan Gubernur The Fed, menegaskan bahwa inflasi belum menjadi ancaman di Negeri Adidaya.

"Inflasi, mungkin, hari ini menjadi kurang berarti. Kalau kita melihat inflasi 4% setiap bulan, baru saya khawatir. Namun saya belum melihat itu," tegas Waller dalam konferensi Global Independence Center, seperti dikutip dari Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Ekonomi AS Belum Bisa 'Lari'

Selain itu, aspek penciptaan lapangan kerja juga masih jauh dari cita-cita The Fed yaitu mewujudkan maximum employment. Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan, jumlah klaim tunjangan pengangguran pada pekan yang berakhir 8 Mei 2021 berkurang 34.000 menjadi 473.000. Angka ini di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 490.000.

"Dari sisi suplai, ekonomi diibaratkan masih mengikat tali sepatu, belum berlari. Namun nantinya pasti akan ada peningkatan produksi sehingga mampu memenuhi permintaan," kata David Carter, Chief Investment Officer di Lenox Wealth Advisors yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.

Oleh karena itu, sepertinya The Fed masih tetap mempertahankan posisi (stance) kebijakan moneter ultra-longgar sampai keadaan diyakini benar-benar sudah membaik. Artinya, suku bunga acuan rasanya akan tetap rendah, dekat dengan 0%, untuk waktu yang agak lama.

Suku bunga rendah akan membuat imbalan investasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi). Ini membuat dolar AS menjadi kurang menarik untuk dikoleksi sehingga dilanda aksi jual. Akibatnya, nilai tukar mata uang ini melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Dolar AS Ngamuk, Rekor Tertinggi 20 Tahun!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular