
Makin Jaya! Rupiah Catat Penguatan 4 Pekan Beruntun

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (11/5/2021). Hari ini merupakan perdagangan terakhir di pekan ini, Rabu hingga Jumat pasar dalam negeri libur dalam rangka Hari Raya Idul Fitri. Meski stagnan, rupiah sukses membukukan penguatan 4 pekan beruntun.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,11% ke Rp 14.180/US$, setelahnya sempat melemah 0,1% ke Rp 14.210/US$. Rupiah kemudian berayun antara penguatan dan pelemahan, sebelum mengakhiri perdagangan di Rp 14.195/US$, sama persis dengan level penutupan kemarin.
Meski demikian, rupiah sukses memperpanjang tren positif, menguat dalam 4 pekan beruntun dengan total 2,5%.
Dibandingkan mayoritas mata uang utama Asia melemah melawan dolar AS hari ini. Ada 3 mata uang yang menguat, hingga pukul 15:17 WIB rupee India menjadi yang terbaik dengan penguatan 0,12%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Aliran modal kembali masuk ke pasar obligasi Indonesia memberikan tenaga bagi rupiah. Di bulan Maret lalu, terjadi capital outflow di pasar obligasi Indonesia sekitar Rp 20 triliun yang membuat rupiah tertekan. Tetapi memasuki bulan April kondisinya berbalik, pasar obligasi Indonesia kembali menarik setelah yield obligasi (Treasury) AS perlahan menurun. Di pasar sekunder, kepemilikan obligasi oleh investor asing menunjukkan peningkatan.
Melansir data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Surat Berharga Negara (SBN) yang dimiliki asing tercatat senilai Rp 964,6 triliun di akhir April, terjadi capital inflow Rp 13,2 triliun dibandingkan posisi akhir Maret.
Sementara pada periode 1 sampai 4 Mei capital inflow tercatat Rp 1,16 triliun.
Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) hari ini melaporkan hasil Survei Penjualan Eceran periode Maret 2021. Hasilnya, penjualan eceran yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR) naik 6,1% dibandingkan Februari 2021. Jauh membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang -2,7%.
Namun secara tahunan (year-on-year/yoy), penjualan ritel mengalami kontraksi. Pada Maret 2021, IPR turun 14,6% yoy meski membaik ketimbang Februari 2021 yang terkontraksi 18,1% yoy.
Sementara untuk April 2021, BI memperkirakan penjualan ritel akan meningkat baik secara bulanan maupun tahunan. Untuk bulanan, diperkirakan terjadi pertumbuhan 11,4% sementara tahunan naik 9,8%.
Sementara kemarin, BI melaporkan konsumen Indonesia akhirnya kembali percaya diri dalam memandang perekonomian, setelah setahun 'tiarap'.
Hal ini tercermin dalam Survei Konsumen edisi April 2021 di mana Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada di 101,5. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 93,4.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Kalau sudah di atas 100, maka artinya berada di zona optimistis, konsumen pede dalam memandang prospek perekonomian saat ini hingga enam bulan ke depan.
IKK adalah salah satu indikator mula (leading indicator) yang berguna untuk 'menerawang' arah perekonomian ke depan. Jadi saat IKK positif, maka kemungkinan prospek ekonomi ke depan bakal cerah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
