
Kabar Gembira Jelang Lebaran! IHSG Siap Keker 6.000

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup semringah setelah melesat 0,23% ke level 5.942,10 pada perdagangan sesi pertama Senin (10/5/21) di pekan pendek ini.
Nilai transaksi hari ini sebesar sebesar Rp 1,1 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 87 miliar di pasar reguler.
Pada pekan ini, pasar keuangan dalam negeri hanya dibuka selama 2 hari, karena adanya libur hari raya Idul Fitri 1442 H yang kemungkinan jatuh pada Kamis - Jumat (13-14 Mei 2021). Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menentukan hari libur bursa menjelang hari raya akan dimulai pada Rabu (12/5/2021) hingga Jumat (14/5/2021).
Walaupun hanya diperdagangkan selama 2 hari, namun pelaku pasar keuangan dalam negeri masih akan memfokuskan ke beberapa kabar dari luar negeri.
Pelaku pasar keuangan Indonesia akan mengamati bursa saham AS, Wall Street, setelah data ketenagakerjaan AS yang tercatat lebih buruk dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan ada 1 juta slip gaji baru dengan angka pengangguran 5,8% atau membaik dari sebelumnya 6%.
Berbekal data tersebut, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diprediksi masih akan melanjutkan kebijakan moneter longgar yang sekarang diberlakukan. Apalagi para pelaku pasar sebelumnya juga sudah khawatir dengan risiko inflasi yang bakal terjadi dimana data inflasi siap dirilis juga di pekan ini tepatinya pad atanggal 12 Mei.
Analisis Teknikal
![]() Analisis Teknikal Sesi 2, 10 Mei 2021/Tri Putra |
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area batas bawah maka pergerakan IHSG selanjutnya cenderung terapresiasi.
Untuk mengubah bias menjadi bullish atau penguatan, perlu melewati level resistance yang berada di area 6.000. Sementara untuk melanjutkan tren bearish atau penurunan perlu melewati level support yang berada di area 5.930.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 55 yang belum menunjukkan adanya indikator jenuh beli maupun jenuh jual akan tetapi RSI terkonsolidasi naik setelah sebelumnya jatuh ke level jenuh jual yang menunjukkan Indeks berpeluang menguat.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB di batas bawah, maka pergerakan selanjutnya cenderung bullish. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indikator RSI yang terkonsolidasi naik.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500