Saham Properti Naik Daun, Penguatan Berjamaah Berlanjut Nih!

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
10 May 2021 09:57
Foto udara pembangunan perumahan di kasawan bojong sari, Depok, Jawa Barat. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Foto udara pembangunan perumahan di kasawan bojong sari, Depok, Jawa Barat. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham-saham properti kembali ke zona hijau pada awal perdagangan hari ini, Senin (10/5/2021). Penguatan ini terjadi setelah saham-saham tersebut cenderung terkoreksi pada perdagangan Jumat (7/5) pekan lalu.

Berikut gerak saham properti pagi ini, pukul 09.13 WIB

  1. Sentul City (BKSL), saham +2,78%, ke Rp 74, transaksi Rp 2 M

  2. PP Properti (PPRO), +1,20%, ke Rp 84, transaksi Rp 4 M

  3. Intiland Development (DILD), +1,09%, ke Rp 186, transaksi Rp 26 juta

  4. Alam Sutera Realty (ASRI), +1,05%, ke Rp 193, transaksi Rp 272 juta

  5. Pakuwon Jati (PWON), +0,98%, ke Rp 515, transaksi Rp 371 juta

  6. Ciputra Development (CTRA), +0,90%, ke Rp 1.120, transaksi Rp 330 juta

  7. Summarecon Agung (SMRA), +0,54%, ke Rp 930, transaksi Rp 850 juta

  8. Surya Semesta Internusa (SSIA), +0,43%, ke Rp 462, transaksi Rp 68 juta

  9. Bumi Serpong Damai (BSDE), +0,43%, ke Rp 1.180, transaksi Rp 249 juta

  10. Agung Podomoro Land (APLN), -0,64%, ke Rp 156, transaksi Rp 253 juta

  11. Lippo Karawaci (LPKR), -0,96%, ke Rp 206, transaksi Rp 262 juta

Menurut data di atas, saham pengelola Sentul City, BKSL menjadi yang paling menguat di antara yang lainnya, yakni sebesar 2,78% ke Rp 74/saham. Nilai transaksi BKSL sebesar Rp 2 miliar.

Dengan ini saham BKSL berhasil rebound setelah tiga hari beruntun terjerumus di zona merah, atau sejak Rabu (5/5/2021) pekan lalu.

Bahkan pada Rabu, saham ini menjadi top losers dengan jatuh sedalam 6,25% ke Rp 75/saham.

Memang, sebelum ambles tiga hari beruntun tersebut, saham BKSL sering melesat sampai 10% dalam dua minggu terakhir. Sejurus dengan itu, pihak Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat melayangkan surat permintaan penjelasan atas volatilitas saham BKSL.

Pihak Sentul City menjawab, dalam keterangan pada Selasa (4/5/2021), perseroan tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan atau keputusan investasi pemodal.

Perusahaan juga mengaku tidak mengetahui adanya aktivitas dari pemegang saham tertentu terkait pergerakan liar saham BKSL. Selain itu, perseroan tidak memiliki rencana untuk melakukan aksi korporasi dalam waktu dekat, setidaknya dalam 3 bulan ke depan, yang akan berakibat terhadap pencatatan saham BKSL di bursa.

Di posisi kedua ada saham anak usaha PT PP (Persero( (PTPP), PPRO, yang terapresiasi sebesar 1,20% ke RP 84/saham. Nilai transaksi PPRO sebesar Rp 4 miliar.

Kabar terbaru, sang induk, PTPP, memberikan pinjaman kepada PPRO melalui fasilitas pinjaman terafiliasi.

Nilai pinjaman berdasarkan perjanjian pendahuluan yang ditandatangani oleh PTPP dan PPRO pada 25 Maret 2021 sebesar Rp 4 triliun atau setara 88,02% dari total ekuitas PP Properti jika mengacu laporan keuangan yang berakhir 31 Desember 2020.

Direktur Keuangan PPRO, Deni Budiman mengatakan, transaksi ini lebih dari 50% ekuitas perseroan, oleh sebab itu PPRO akan meminta restu pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Independen pada Rabu (5/5/2021).

Terkait dengan rencana perolehan fasilitas pinjaman ini, PPRO telah menyampaikan pemberitahuan kepada kreditur pada 13 April dan telah memperoleh persetujuan dari PT Bank Permata Tbk (BNLI) sebagai agen fasilitas berdasarkan kredit sindikasi pada tanggal 23 April 2021.

Berbeda nasib dengan saham properti lainnya, saham APLN malah langsung jatuh 0,64% ke Rp 156/saham.

Mengenai kinerja perusahaan, emiten yang didirikan keluarga Haliman ini kembali membukukan kinerja yang kurang menggembirakan sepanjang tahun lalu.

Berdasarkan keterbukaan informasi di situs BEI, APLN mencatatkan rugi bersih Rp 136,79 miliar per 31 Desember 2020 secara tahunan (year on year/yoy). Jumlah ini lebih dalam alias bengkak 1.479% ketimbang rugi bersih tahun sebelumnya yang sebesar Rp 8,66 miliar.

Kendati kembali merugi, penjualan dan pendapatan usaha emiten yang melantai di bursa pada 2010 lalu ini naik 30,69% ke posisi Rp 4,96 triliun per akhir tahun lalu, dari Rp 3,79 triliun pada 2019.

Sementara saham Grup Lippo LPKR melorot 0,96% ke Rp 206/saham. Dengan demikian saham ini melanjutkan pelemahan selama tiga hari beruntun atau sejak Kamis (6/5) pekan lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Emiten 'Receh' Properti Ngamuk, Ada Apa Ini?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular