Bos MIND ID Blak-blakan: Rencana IPO hingga 5 Megaproyek!

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
10 May 2021 08:30
Dok Instagram @orias_pm
Foto: Dok Instagram @orias_pm

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Indonesia Asahan Aluminium/Inalum (Persero) atau MIND ID direncanakan akan menggelar penawaran umum saham perdana (initial public offering/ IPO) alias menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Lantas kapan holding tambang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini akan melantai di bursa saham RI?

Menanggapi hal tersebut Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak pun angkat suara. Menurutnya langkah yang sedang dilakukan perusahaan saat ini adalah fokus pada pemisahan MIND ID dan Inalum.

Tahapan awal yakni memisahkan antara perusahaan operasional atau Inalum operating dan MIND ID sebagai perusahaan holding. Selanjutnya kalau sudah berpisah, maka tahap selanjutnya yaitu merencanakan IPO untuk Inalum Operating, unit usaha operasional, terlebih dahulu.

Setelah itu, lanjutnya, baru dibahas secara detail mengenai rencana IPO MIND ID.

"Setelah operating IPO, kita akan melanjutkan ke MIND ID. Tentu valuasinya akan lebih tajam lagi, kita akan go public dengan growth story," ungkapnya dalam diskusi dengan media, Jumat (07/05/2021).

Mengenai kapan bakal IPO dia kembali menegaskan jika fokusnya saat ini adalah melakukan pemisahan terlebih dahulu.

"Sekarang kita pisahkan dulu, tahun ini atau tahun depan untuk Inalum operating dan Holding MIND ID. Inalum Operating dulu yang IPO, baru setelah itu kita bahas detail MIND ID."

Jika ada pertumbuhan yang baik, maka berpotensi dilakukan IPO, Namun jika tidak jadi melantai di bursa saham, menurutnya hal itu tidak menjadi masalah karena MIND ID perusahaan yang memiliki rencana-rencana besar yang bisa dilakukan dengan kemampuan yang ada.

"Dalam 2-3 tahun akan ada proyek yang menghasilkan dan secara Holding Company akan berkontribusi dan saya rasa akan baik," tuturnya.

NEXT: Rencana Bisnis

MIND ID menganggarkan belanja modal tahun atau capital expenditure (capex) ini sebesar Rp 29 triliun. Orias mengatakan anggaran tersebut untuk mendanai sejumlah proyek strategis yang tengah digarap perusahaan, termasuk perusahaan di bawah Holding MIND ID.

"Capex sekitar Rp 29 triliun," ungkapnya.

Dia mengatakan, dari Rp 29 triliun tersebut, sebesar Rp 2 triliun untuk investasi rutin dan selebihnya Rp 27 triliun untuk proyek-proyek strategis perusahaan.

Eks Direktur Reliance Sekuritas dan CEO Pelindo III ini pun memaparkan sejumlah proyek strategis MIND ID, antara lain:

1. Indonesia Battery Corporation (IBC)

Rencana pembangunan baterai kendaraan listrik dilaksanakan melalui Indonesia Battery Corporation (IBC) di mana MIND ID dan juga PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) masing-masing memegang 25% saham di Holding BUMN Baterai ini.

Perusahaan ini direncanakan akan membangun industri baterai kendaraan listrik terintegrasi dari hulu sampai hilir, mulai dari pertambangan, smelter High Pressure Acid Leach (HPAL), lalu pengolahan nikel dan kobalt sulfat yang merupakan bagian dari bahan baku prekursor baterai.

2. Smelter Grade Alumina

Proyek ini direncanakan dibangun dengan kapasitas produksi 1 juta ton alumina dan ditargetkan beroperasi pada 2023 mendatang. Saat ini dalam tahap konstruksi (Engineering, Procurement, and Construction/ EPC).

Dia mengatakan, perusahaan menganggarkan sekitar US$ 700-800 juta atau sekitar Rp 11,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per US$) untuk proyek ini.

3. PLTU Pabrik Feronikel Halmahera Timur

Proyek pembangkit listrik ini direncanakan berkapasitas 2x45 MW PLTU dan 3x18 MW PLTD. Ditargetkan PLTD beroperasi pada 2022 dan PLTU pada 2025 mendatang. Saat ini telah dilakukan proses pra kualifikasi calon penyedia listrik fase 1 untuk tahun 1-5 dan akan dilanjutkan dengan proses pengadaan listrik jangka pendek.

4. Gasifikasi Batu Bara

Proyek ini direncanakan akan menghasilkan dimethyl ether (DME) sebesar 1,4 juta ton dari batu bara berkadar rendah (low rank coal).

Akan dibangun oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bersama PT Pertamina (Persero) dan perusahaan Amerika Serikat Air Products, ditargetkan proyek ini sudah beroperasi komersial pada 2024 mendatang.

Saat ini tengah dilakukan Desain Teknis Rinci Akhir (Front End Engineering Design/ FEED) berganda (multiple FEED) secara paralel, penataan lahan pabrik, dan pengurusan perizinan. Namun menurutnya tahun ini perusahaan belum akan mengeluarkan investasi di tahun ini untuk proyek gasifikasi batu bara ini.

"Proyek gasifikasi batu bara porsi spending-nya nanti, nggak masuk sekarang," ujarnya.

5. Proyek Pembangunan Smelter Tembaga

Proyek ini adalah smelter tembaga baru yang tengah dibangun PT Freeport Indonesia dengan kapasitas pengolahan konsentrat tembaga sebesar 1,7 juta ton per tahun. Proyek ini ditargetkan harus bisa beroperasi pada 2023, namun karena adanya pandemi Covid-19 perusahaan memperkirakan akan terjadi keterlambatan sekitar satu tahun menjadi 2024.

Selain rencana di kawasan industri terintegrasi JIIPE di Gresik, Jawa Timur, menurutnya kini Freeport juga masih berdiskusi dengan Tsingshan untuk menggarap smelter baru di Weda Bay, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara.

Jika kerja sama jadi dilakukan dengan Tsingshan, maka menurutnya Freeport hanya memegang saham 25% dan selebihnya Tsingshan.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular