Bos MIND ID Curhat Pusingnya Kala Harga Anjlok Tahun Lalu

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
07 May 2021 21:04
Komoditas Tambang
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 sejak tahun lalu berdampak pada semua sektor, termasuk pertambangan. Orias Petrus Moedak, Direktur Utama MIND ID, bahkan membeberakan betapa pusingnya perusahaan saat awal pandemi melanda pada 2020 lalu, terutama ketika harga komoditas tambang anjlok.

Dalam acara diskusi besama media, Jumat (07/05/2021), dia menceritakan beberapa komoditas mengalami penurunan produksi dan penjualan pada 2020 lalu.

"Produksi juga mengalami gangguan atau hambatan akibat Covid-19 yang terjadi di 2020," ujarnya, Jumat (07/05/2021).

Seperti diketahui, pandemi Covid-19 mulai masuk ke Indonesia di bulan Maret 2020. Guna mengantisipasi dampak negatif dari pandemi ini, pihaknya pun langsung melakukan langkah efisiensi dan stress test ke semua anak usaha, terutama ketika melihat kondisi pada Mei 2020 di mana harga dan permintaan produk anjlok.

Bila kondisi anjloknya harga dan produksi pada Mei-Juni 2020 tersebut bertahan hingga akhir 2020, maka pihaknya memperkirakan akan mengalami kerugian hingga triliunan rupiah.

"Kami melihat kalau harga bertahan sampai akhir tahun dan demand sampai akhir tahun seperti pengalaman Mei-Juni, maka hasil akhirnya secara keuangan, kalau kondisi Mei-Juni bertahan sampai akhir tahun, maka kami akan mengalami kerugian sampai Rp 2 triliun, waktu itu diperkirakan segitu," jelasnya.

Namun demikian, di tengah tantangan ini, pada akhirnya perusahaan bisa melewatinya dan berhasil mencatatkan kinerja yang positif. Hingga akhir 2020, perusahaan berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,8 triliun atau melonjak dibandingkan tahun 2019 yang sebesar Rp 24,5 miliar.

Dia menyebut, capaian ini merupakan refleksi atas kapabilitas dalam merespons perubahan dan dinamika akibat pandemi.

Dari sisi pendapatan, pada 2020 mencapai sebesar Rp 66,6 triliun, turun dari pendapatan pada 2019 yang sebesar Rp 80,6 triliun.

Tiga kontributor terbesar pendapatan perusahaan berasal dari komoditas emas sebesar 29,1%, batu bara 25,9%, dan timah 21,5%. Sedangkan aluminium berkontribusi 9,8%, feronikel 7%, bijih nikel 2,9% dan lain-lain sebesar 3,7%.

"Di tahun 2021, perusahaan akan tetap mempertimbangkan kesempatan-kesempatan baru yang berpotensi mendukung peluang pertumbuhan bisnis dengan tetap melakukan mitigasi risiko secara terukur," jelasnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Keroyokan Bikin IBC, Begini Kesiapan PLN & MIND ID

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular