
Gagal Lagi ke 6.000! Asing Lepas BBRI-UNVR & Beli ANTM-INCO

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham (IHSG) kembali ditutup di zona merah pada perdagangan akhir pekan Jumat (7/5/2021). Indeks bursa saham acuan nasional tersebut merosot 0,7% ke level 5.928,31.
Data perdagangan mencatat sebanyak 164 saham menguat, 308 saham melemah, dan 161 lainnya mendatar. Nilai transaksi pada perdagangan hari ini kembali turun menjadi Rp 8,7 triliun. Namun, investor asing masih melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 75 miliar di pasar reguler.
Dari beberapa saham yang dikoleksi oleh asing pada hari ini, dua diantaranya adalah saham pertambangan nikel, yakni saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO).
Adapun saham-saham yang dikoleksi oleh investor asing pada perdagangan Jumat (7/5/2021) adalah:
Walaupun begitu, asing juga tercatat melepas beberapa saham, di antaranya adalah saham konsumer PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan saham bank big cap PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Berikut saham-saham yang dilepas oleh asing pada hari ini.
Pasar saham nasional masih didera kekhawatiran seputar penyebaran virus Covid-19 dari India, yang dikabarkan telah memicu penghentian aktivitas publik (lockdown) di Malaysia dan pengetatan aktivitas di Singapura.
Beberapa laporan juga menyebutkan warga negara India telah masuk ke Indonesia, baik dengan pesawat udara maupun laut. Detik.com melaporkan kapal yang bersandar dari India di Riau diketahui dikemudikan oleh kapten dan awak kapal yang positif mengidap Covid-19.
Di sisi lain, pelaku pasar masih mencermati adanya ekspektasi mulai adanya pengetatan kebijakan moneter dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), sebagaimana diserukan oleh Menteri Keuangan, Janet Yellen.
Kebijakan moneter ketat, berupa kenaikan suku bunga acuan dan pengurangan kebijakan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing/QE) berpeluang besar memicu capital outflow yang akan menekan aset keuangan dalam negeri mulai dari saham, obligasi hingga nilai tukar rupiah.
Kekhawatiran tersebut meningkat setelah Yellen menilai bahwa suku bunga acuan seharusnya dinaikkan untuk mencegah ekonomi AS kepanasan.
"Ini bukan sesuatu hal yang saya prediksikan atau rekomendasikan," tuturnya.
Bank sentral AS juga mulai menjajaki peluang tersebut seperti yang disebutkan oleh Vice Chairman The Fed Richard Clarida kepada CNBC International, yang menyebutkan bahwa perlu ada kemajuan tambahan selain pembaikan angka tenaga kerja di AS, dan kemudian bank sentral akan mengurangi kebijakan moneter longgar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Lesu Lagi, Asing Borong BBCA-TLKM & Lepas BUKA-ISAT