Harga CPO To the Moon Lagi, Eh..Harga Saham Produsen Nyungsep

Tirta, CNBC Indonesia
07 May 2021 13:22
Ilustrasi kelapa sawit. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi kelapa sawit. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Malaysia lanjut reli pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (7/5/2021). Di sepanjang tahun ini kenaikan harga CPO mencapai 17,5%. Namun sayang kenaikan harga komoditas minyak nabati ini tak dibarengi dengan peningkatan kinerja harga saham emiten sawit di Tanah Air. 

Setelah kemarin melesat 4,23% harga CPO kontrak pengiriman Juli yang aktif ditransaksikan di Bursa Malaysia Derivatif Exchange tersebut melesat 3,25% hingga sesi perdagangan sebelum istirahat siang. Harga CPO kini tembus RM 4.352/ton. Ini merupakan harga tertinggi yang pernah tercatat. 

Apabila harga CPO tetap bertahan hingga akhir perdagangan maka kenaikan harga di minggu ini merupakan yang paling tinggi sejak Juli tahun 2001 atau dua dekade lalu. 

Kenaikan harga CPO dipicu oleh naiknya harga komoditas pertanian lain dan melesatnya harga minyak mentah. Harga si emas hitam terutama untuk kontrak Brent semakin mendekati US$ 70/barel setelah stok minyak mentah AS dilaporkan turun 8 juta barel di akhir April.

Harga kontrak berjangka jagung di Chicago Board of Trade juga melesat tajam menyentuh level tertingginya dalam 8 tahun terakhir. Apresiasi kontrak berjangka untuk komoditas jagung ini dipicu oleh kekhawatiran cuaca kering di Brazil di tengah tingginya permintaan untuk pakan ternak.

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) melaporkan indeks harga pangan dunia bulan Maret juga mengalami kenaikan sebesar 2,1% dibanding Februari. Indeks harga minyak nabati tercatat naik 8% dibanding bulan Februari dan menyentuh level tertingginya sejak Juni 2011.

Penguatan indeks yang terjadi secara terus-menerus didorong oleh kenaikan harga minyak sawit, kedelai, rapeseed, dan bunga matahari.

Harga minyak sawit internasional mencatatkan kenaikan 10 bulan berturut-turut, karena kekhawatiran yang masih ada atas tingkat persediaan yang ketat di negara-negara pengekspor utama bertepatan dengan pemulihan bertahap dalam permintaan impor global.

Namun sayang kenaikan lanjutan harga CPO tahun ini tak dibarengi dengan peningkatan harga saham emiten sawit Tanah Air. Malahan secara year to date (ytd) harga saham-saham emiten sawit dalam negeri justru terkoreksi kecuali harga saham PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) yang naik lebih dari 30%. 

Tentu saja fenomena ini menarik untuk ditelusuri. Dalam sebuah tulisan eks-bos Bursa Berjangka RI Hasan Zein mengemukakan beberapa alasan mengapa hal ini bisa terjadi. 

Menurut Hasan karena harga minyak sawit sempat terjerembab cukup lama (2017-2019), maka ketika harga naik di atas RM 3.000/ton, banyak produsen yang menjual CPO nya dengan cara forward.

Penyerahan kemudian dengan harga ditetapkan di depan. Akibatnya, kenaikan harga yang tajam tak lagi bisa dinikmati. Kecuali emiten yang masih ada sisa produksi di atas kontrak forward, sehingga bisa dijual di pasar spot.

"Sayangnya saya tak memperoleh info tentang perusahaan mana saja yang melakukan penjualan forward, dan persentasenya" tulis Hasan. 

Alasan kedua menurut Hasan adalah persoalan terkait pungutan ekspor CPO ditetapkan progresif berdasar tingkat harga. Pungutan itu diakumulasi di BPDKS (Badan Pengelola Dana Kelapa Sawit) untuk insentif program biodiesel B30, B40 dst.

Bisa dibayangkan jika kondisi yang terjadi adalah penyerahan barang dari kontrak forward mendapatkan pembayaran pada harga RM 3.500 tetapi dikenakan pungutan berdasar harga RM 4.600. 

Tentu saja selain tidak bisa menikmati kenaikan harga para produsen juga terbebani dengan peningkatan pungutan ekspor tersebut. Hasan menyarankan dua hal kepada pemerintah. Pertama adalah melonggarkan pungutan progresif dan merevisi turun persentase pungutan agar industri sawit tak terlalu terbebani. 


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masuk Kontrak Baru, Harga CPO Melesat 1% Lebih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular