Obligasi RI 'Seksi' Lagi, Cadangan Devisa Rekor Tertinggi!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 May 2021 12:31
dollar
Ilustrasi Dolar AS (REUTERS/Dado Ruvic)

Jakarta, CNBC Indonesia - Cadangan devisa Indonesia kembali meningkat di April lalu setelah tergerus sebulan sebelumnya. Kenaikan tersebut bahkan membuat cadangan devisa kembali ke rekor tertinggi sepanjang masa.

Bank Indonesia (BI) hari ini melaporkan cadangan devisa naik US$ 1,7 miliar di bulan April menjadi US$ 138,8 miliar. Ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah, menyamai rekor sebelumnya yang dicatat pada bulan Februari.

"Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2021 tercatat sebesar US$ 138,8 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Maret 2021 sebesar US$ 137,1 miliar. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 10 bulan impor atau 9,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," sebut keterangan tertulis BI.

Pada bulan Maret lalu, cadangan devisa Indonesia tergerus akibat pembayaran utang serta kebutuhan intervensi rupiah yang mengalami tekanan.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pembiayaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, utang pemerintah yang jatuh tempo di tahun ini sebesar Rp 268 trilliun. Dari total tersebut sebanyak Rp 211 triliun merupakan utang di Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp 67 triliun merupakan pinjaman luar negeri.

Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan sekitar 2%, dan menyentuh level terlemah dalam 5 bulan terakhir.

Guna menstabilkan nilai tukar rupiah, BI melakukan triple intervention, yakni intervensi di Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), di pasar spot, dan di pasar SBN.

Hal sebaliknya terjadi di bulan April, nilai tukar rupiah mampu berbalik menguat 0,55%, tentunya kebutuhan intervensi menjadi lebih minim. Selain itu menurut BI penarikan pinjaman luar negeri serta penerimaan pajak menjadi penopang utama peningkatan cadangan devisa.

"Peningkatan posisi cadangan devisa pada April 2021 terutama dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah. Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi," tulis keterangan BI.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Harga Komoditas Menanjak, Pasar Obligasi RI Kembali Menarik

Rata-rata harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di bursa derivatif Malaysia melesat 8% di bulan Maret lalu. Kenaikan tersebut tentunya mengerek naik harga CPO dari Indonesia.

Pada awal April lalu, pemerintah menetapkan harga referensi CPO Indonesia untuk bulan April 2021 sebesar di US$ 1.093,83 per ton naik dibandingkan bulan sebelumnya US$ 1.036,22 per ton. Dengan kenaikan tersebut, Bea Keluar (BK) CPO di bulan lalu juga mengalami kenaikan menjadi US$ 115 per ton, naik tajam dibandingkan bulan sebelumnya US$ 93 per ton.

Selain itu pungutan ekspor untuk minyak nabati ini masuk dalam kelompok tarif di atas US$ 995 per ton, yakni sebesar US$ 255 per ton.

Kabar baiknya, untuk bulan Mei harga referensi CPO dinaikkan lagi menjadi US$ 1.110 per ton, dengan BK sebesar US$ 116 per ton dengan pungutan tetap US$ 225 per ton.
Komoditas ekspor lainnya, batu bara juga mengalami kenaikan harga. Rata-rata harga batu bara acuan Ice Newcastle melesat lebih dari 7% di bulan Maret dari sebelumnya. Alhasil harga batu bara acuan di dalam negeri ikut terkerek di bulan April.

Pemerintah menetapkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) April 2021 naik 2,61%, dari Maret 2021, menjadi US$ 86,68 per ton.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Agung Pribadi, mengatakan memanasnya perang dagang Australia dan China berpengaruh terhadap sejumlah harga komoditas global termasuk batu bara.

Menurutnya tensi dagang tersebut berimbas positif karena naiknya permintaan batu bara Indonesia ke China.

"Ini menjadi pemicu utama Harga Batu Bara Acuan (HBA) bulan April naik US$ 2,21 per ton menjadi US$ 86,68 dari bulan Maret lalu," kata Agung dalam keterangan resminya, Selasa, (06/04/2021).

Untuk bulan Mei, Pemerintah kembali menaikkan HBA sebesar 3,5% menjadi US$ 89,74/ton.

Kenaikan harga referensi CPO dan batu bara di bulan Mei tersebut tentunya menjadi kabar bagus bagi devisa Indonesia.

Selain itu pasar obligasi Indonesia kembali dilirik investor asing, yang tentunya menambah pasokan devisa.

Dua bulan lalu terakhir, lelang obligasi Indonesia tidak pernah mencapai target indikatif, nilai penawaran yang masuk juga terus menurun. Pemerintah sampai harus mengadakan lelang tambahan (greenshoe option).

Namun pada akhir April lalu, situasinya mulai membaik. Lelang Surat Utang (SUN) pemerintah Selasa pekan lalu mulai ramai peminat. Incoming bid mencapai Rp 52,75 triliun, sedangkan pada lelang SUN sebelumnya sebesar Rp 42,97 triliun.

Pemerintah menetapkan target indikatif sebesar Rp 30 triliun dan yang dimenangkan sebesar Rp 28 triliun lebih baik dari lelang sebelumnya Rp 24 triliun.

Tren tersebut masih berlanjut di pekan ini. Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang dilakukan Selasa (4/5/2021) juga menunjukkan hasil yang sama. Pemerintah menetapkan target indikatif Rp 10 triliun, dan penawaran yang dimasuk sebesar Rp 19 triliun, nyaris 2 kali lipat. Dari total penawaran yang masuk dimenangkan sebesar Rp 10 triliun, sesuai dengan target.

Sementara itu di pasar sekunder, kepemilikan obligasi oleh investor asing menunjukkan peningkatan. Melansir data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Surat Berharga Negara (SBN) yang dimiliki asing tercatat senilai Rp 964,6 triliun di akhir April, naik Rp 13,2 triliun dibandingkan posisi akhir Maret.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular