
Harga CPO Rekor! Saham Sawit kok Ambles, Ini Deretan Terparah

Seperti sang induk, kinerja Londos Sumatra atau LSIP juga oke sepanjang tahun lalu. Laba bersih LSIP tahun lalu mencapai Rp 696,01 miliar,melesat 174,12% dari posisi Rp 253,90 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan laba bersih ini terjadi kendati pendapatan perusahaan di periode tersebut turun 4,39% YoY(year on year) menjadi senilai Rp 3,53 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 3,69 triliun. Penurunan penjualan ini terjadi karena turunnya volume penjualan produk sawit dan karet.
Sementara itu, 6 saham emiten sawit lainnya malah cenderung mencatatkan kinerja jeblok baik dalam sebulan maupun ytd. Bahkan, saham SSMS ambles 25,60% sejak awal tahun dan longsor 4,12% dalam sebulan.
Sebenarnya, kinerja fundamental SSMS moncer sepanjang 2020. Penjualan dan pendapatan usaha SSMS melesat 22,37% menjadi RP 4,01 triliun per akhir Desember 2020. Laba bersih pun meroket sebesar 4836,85% menjadi Rp 576,63 miliar pada tahun lalu.
Melihat gerak saham sawit di atas, ini mengindikasikan bahwa kenaikan harga kontrak CPO di pasar tidak serta-merta menjadi katalis positif bagi saham-saham emiten produsen CPO, setidaknya selama sebulan dan sejak awal tahun ini.
Pemicu Kenaikan Harga CPO
Kenaikan harga CPO didorong oleh naiknya harga komoditas pertanian lain dan melesatnya harga minyak mentah. Harga si emas hitam terutama untuk kontrak Brent semakin mendekati US$ 70/barel setelah stok minyak mentah AS dilaporkan turun 8 juta barel di akhir April.
Harga kontrak berjangka jagung di Chicago Boardof Trade juga melesat tajam menyentuh level tertingginya dalam 8 tahun terakhir. Apresiasi sebesar 2% kontrak berjangka untuk komoditas jagung ini dipicuoleh kekhawatiran cuaca kering di Brazil di tengah tingginya permintaan untuk pakan ternak.
"Kenaikan harga minyak nabatisubstitusi mendukung permintaan dan kemungkinan akan menjaga harga CPOtetap kuat dalam waktu dekat," kata Ivy Ng, kepala penelitian perkebunan regional di CGS-CIMB Research dalam sebuah catatan sebagaimana diwartakan Reuters.
Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) melaporkan indeks harga pangan dunia bulan Maret juga mengalami kenaikan sebesar 2,1% dibanding Februari. Indeks harga minyak nabati tercatat naik 8% dibanding bulan Februari dan menyentuh level tertingginya sejak Juni 2011.
Penguatan indeks yang terjadi secara terus-menerus didorong olehkenaikan harga minyak sawit, kedelai, rapeseed, dan bunga matahari.
Harga minyak sawit internasional mencatatkan kenaikan10 bulan berturut-turut, karena kekhawatiran yang masih ada atas tingkat persediaan yang ketat di negara-negara pengekspor utama bertepatan dengan pemulihan bertahap dalam permintaan impor global.
"Sementara itu, harga kedelai naik tajam, terutama ditopang oleh prospek permintaan yang menguat terutama dari sektor biodiesel," tulisFAOdalam rilis resminya. Harga minyak sawit diperkirakan akan tetap kuat hingga paruh pertama tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
