
Rupiah Luar Biasa! Dolar Kini di Bawah Rp 14.300

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Maklum, dolar AS sedang dalam tekanan yang luar biasa.
Pada Jumat (7/5/2021), US$ 1 setara dengan Rp 14.250 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,45% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, kinerja rupiah cukup impresif. Di pasar spot, rupiah finis dengan apresiasi 0,8% di hadapan dolar AS. Mata uang Negeri Paman Sam sudah nyaris berhasil didorong ke bawah Rp 14.300.
Hari ini level itu telah tertembus. Soalnya dolar AS masih saja 'sakit-sakitan'.
Pada pukul 07:50 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,1%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini sudah anjlok nyaris 2%.
Halaman Selanjutnya --> Suku Bunga Rendah Masih Lama
Pelemahan dolar AS dipicu oleh respons pasar terhadap data ketenagakerjaan terbaru. pada pekan yang berakhir 1 Mei 2021, jumlah klaim tunjangan pengangguran turun 92.000 dari sepekan sebelumnya menjadi 498.000. Jumlah klaim tersebut adalah yang terendah sejak pertengahan Maret tahun lalu.
Meski pasar tenaga kerja terus membaik, tetapi masih jauh dari kata ideal. Sebab, klaim tunjangan pengangguran yang tergolong sehat ada di kisaran 200.000-250.000.
Oleh karena itu, pasar masih yakin bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan tetap mempertahankan kebijakan moneter ultra-longgar selama belum tercipta penciptaan lapangan kerja yang maksimal (maximum employment). Suku bunga acuan akan tetap rendah, mendekati 0%.
Kini investor menantikan data penciptaan lapangan kerja non-pertanian (non-fam payroll) dan tingkat pengangguran AS periode April 2021 yang akan dirilis malam nanti waktu Indonesia. Konsensus yang dihimpun Reuters memperkirakan ekonomi AS menciptakan 978.000 lapangan kerja bulan lalu, lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya yang sebanyak 916.000.
Namun, seperti telah disinggung sebelumnya, masih banyak rakyat Negeri Adidaya yang belum mendapat pekerjaan setelah terdepak akibat pandemi. Pada Maret-April 2020, saat AS memberlakukan lockdown untuk menekan penyebaran virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut, lapangan kerja menyusut hingga 21,04 juta.
Selepas itu, kondisi membaik dan lapangan pekerjaan terus tercipta. Namun sejak Mei 2020 hingga Maret 2021, lapangan kerja yang tercipta baru 13,95 juta. Artinya masih ada lebih dari 7 juta rakyat AS yang belum mendapatkan pekerjaan, masih menganggur.
Oleh karena itu, sulit berharap The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Perekonomian AS masih membutuhkan 'rangsangan' untuk tumbuh, salah satunya adalah dengan suku bunga rendah. Ini tentu bukan kabar baik buat dolar AS.
Jika pelemahan dolar AS berlanjut sepanjang hari ini, maka investor bakal 'kabur' dan memilih menempatkan dana di instrumen yang bisa memberikan cuan. Itu ada di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Apalagi hari ini Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan angka cadangan devisa per akhir April 2021. Trading Economics memperkirakan angkanya akan berada di US$ 139 miliar. Jika terwujud, maka akan menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia mereka.
Cadangan devisa yang kuat mencerminkan bahwa MH Thamrin punya 'amunisi' yang kuat untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. Saat nilai tukar stabil, investor akan lebih merasa aman dan nyaman berinvestasi di Indonesia.
Jadi, siap-siap saja rupiah bakal berjaya hari ini. Dengan syarat dolar AS tidak bangkit di tengah jalan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Dolar AS Ngamuk, Rekor Tertinggi 20 Tahun!
