Analisis Teknikal

Lepas dari Pola Descending Triangle, IHSG Bisa Tembus 6.000?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 May 2021 08:41
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Resesi di Indonesia belum berakhir, meski demikian. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan penguatan 0,2% ke 5.975,911 Rabu kemarin.

Pada perdagangan hari ini, Kamis (6/5/2021) IHSG berpeluang kembali menguat melihat bursa saham Amerika Serikat (AS) yang mayoritas menguat, bahkan indeks Dow Jones mencatat rekor tertinggi. Penguatan Wall Street tersebut disusul bursa utama Asia pagi ini, indeks Nikkei Jepang sudah melesat lebih dari 1%.

Dari lantai bursa dalam negeri kemarin, sebanyak 245 saham naik, 234 melemah dan 162 sisanya stagnan. Investor asing membukukan pembelian bersih (net buy) senilai Rp 201,6 miliar di pasar reguler, naik dari net buy sesi pertama yang hanya sekitar Rp 50 miliar. Ini mengindikasikan kuatnya selera beli mereka.

Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin mengumumkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia periode kuartal I-2021.

Hasilnya, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tiga bulan pertama 2021 tumbuh minus 0,96% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Sementara dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy), ekonomi Indonesia tumbuh minus 0,74%.

Realisasi ini tidak jauh dari ekspektasi pasar, bahkan sedikit lebih baik. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan PDB terkontraksi 1,09% qtq, sementara secara tahunan diperkirakan terjadi kontraksi 0,87% yoy.

Dengan demikian, kontraksi PDB Indonesia genap terjadi selama empat kuartal beruntun. Artinya, Indonesia terjebak di 'jurang' resesi ekonomi selama 1 tahun.

Meski demikian, dengan kontraksi yang lebih baik dari prediksi, kebangkitan ekonomi di kuartal II-2021 tentunya berpeluang lebih tinggi dari prediksi, yang menjadi sentimen positif bagi pasar.

Secara teknikal, IHSG nyaris mencapai level psikologis 6.000, dan berada di atas garis atas pola Descending Triangle, yang merupakan pola bearish atau tren menurun. Artinya, IHSG lepas dari pola tersebut, tetapi perlu konfirmasi dengan penembusan di atas level psikologis dan bertahan di atasnya.

Jika kembali masuk ke dalam pola Descending Triangle, artinya IHSG mengalami false breakout seperti yang pernah terjadi sebelumnya. IHSG sempat melewati garis atas, sayangnya kembali ke bawahnya dan tertekan lagi.

jkseGrafik: IHSG Harian 
Foto: Refinitiv

Sementara batas bawah pola tersebut berada di kisaran 5.890 yang akan menjadi support kuat.

Stochastic pada grafik harian bergerak naik meski masih jauh dari wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Sementara stochastic pada grafik 1 jam bergerak naik setelah nyaris mencapai wilayah oversold.

jkseGrafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv 

Belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan dibandingkan analisis teknikal kemarin.

IHSG masih berada di dekat support 5.950, jika bertahan di atasnya IHSG berpeluang naik ke 6.000. Jika mampu bertahan di atas level psikologis tersebut, IHSG berpeluang naik ke 6.030, dan bisa menjadi momentum penguatan ke depannya.

Sementara jika support ditembus ada risiko berlanjutnya penurunan ke kisaran 5.920. Jika level tersebut dilewati, IHSG berisiko merosot ke batas bawah pola Descending Triangle 5.890.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular