Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Mata uang Tanah Air juga hijau di perdagangan pasar spot.
Pada Selasa (4/5/2021), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada d Rp 14.431. Rupiah menguat 0,25% dibandingkan hari sebelumnya.
Di pasar spot, rupiah pun perkasa. Kala penutupan pasar, rupiah terapresiasi 0,14% di Rp 14.425/US$.
Walau relatif tipis, tetapi rupiah jadi satu-satunya mata uang utama Asia yang berhasil 'menjinakkan' dolar AS. Oleh karena itu, rupiah hari ini menjadi juara yang tidak terbantahkan. Undisputed champion.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 15:06 WIB:
Halaman Selanjutnya --> Arus Modal Asing Jadi 'Obat Kuat'
Setelah sempat tertekan, dolar AS berhasil bangkit. Pada pukul 14:10 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,26%.
Namun hal ini tidak membuat rupiah gentar. Apa resep rupiah sehingga mampu menaklukkan The Mighty Dollar?
Jawabannya adalah arus modal asing. Ya, hari ini investor asing berani masuk ke pasar keuangan Ibu Pertiwi.
Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,19% setelah sempat berada di zona merah. Investor asing melakukan beli bersih Rp 217,1 miliar di pasar reguler.
Di pasar obligasi pemerintah, minat investor ditunjukkan oleh penurunan imbal hasil (yield). Untuk tenor 10 tahun, yield turun 3 basis poin (bps) menjadi 6,452%. Saat yield turun, harga obligasi naik.
Apa yang membuat investor asing berkenan singgah ke pasar saham dan obligasi Indonesia?
Pertama, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021. Konsensus pasar CNBC Indonesia memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) pada tiga bulan pertama tahun ini mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 0,87%. Jika ini terjadi, maka Indonesia masih terjebak di 'jurang' resesi karena kontraksi ekonomi berlangsung selama empat bulan beruntun.
Meski masih minus, tetapi kadarnya terus menipis. Dari minus lebih dari 5% pada kuartal II-2020, kini jadi di bawah minus 1%.
"Pembatasan aktivitas masyarakat masih akan berlangsung setidaknya hingga semester I-2020 sehingga menjadi tantangan dalam upaya pemulihan ekonomi. Namun ini akan menjadi fondasi bagi kebangkitan ekonomi. Oleh karena itu, kami memperkirakan ekonomi akan membaik secara signifikan pada semester II-2021," sebut Faisal Rachman, Ekonom Bank Mandiri, dalam risetnya.
Indonesia boleh masih berkubang di 'lumpur' resesi. Namun pada kuartal II-2021 dan seterusnya, kemungkinan besar resesi sudah pergi dan ekonomi Indonesia bakal tumbuh tinggi.
Prospek yang cerah ini membuat pelaku pasar berani untuk masuk ke Indonesia. Arus modal asing mendatangi Indonesia dan berhasil menjadi 'obat kuat' buat rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA