PDB Indonesia Bisa Tumbuh 4,5%, Syarat & Ketentuan Berlaku

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 May 2021 11:58
Musyawarah perencanaan pembangunan nasional 2021. (Tangkapan layar Bappenas RI)
Foto: Musyawarah perencanaan pembangunan nasional 2021. (Tangkapan layar Bappenas RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 4,5% tahun ini. Namun proyeksi itu masih dengan tanda bintang, artinya ada risiko yang menyebabkan tidak bisa tercapai.

Suharso Monoarfa, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, memaparkan pada kuartal I-2021 ekonomi masih tumbuh negatif alias terkontraksi 0,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Tidak jauh dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yaitu -0,87% yoy.

Namun pada kuartal II-2021, Produk Domestik Bruto (PDB) diperkirakan bisa tumbuh positif 5,3%. Kemudian pada kuartal III dan kuartal IV pertumbuhan ekonomi diperkirakan masing-masing 6,7% dan 6,8%. Ini membuat ekonomi 2021 secara keseluruhan tumbuh 4,5%.

Akan tetapi, Suharso dalam paparannya menyebut ada sejumlah faktor yang menyebabkan risiko ke bawah (downside risk). Pertama adalah dampak pandemi virus corona (Coronavirus Diseae-2019/Covid-19) terhadap pasar tenaga kerja.

"Permanent scar yang dirasakan oleh tenaga kerja dan perusahaan menjadi lebih besar. Pengangguran tidak cepat terserap, perusahaan terganggu neraca keuangannya," kata Suharso dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional, Selasa (4/5/2021).

Risiko kedua adalah vaksinasi. Ada risiko vaksinasi anti-virus corona berjalan lebih lambat dari perkiraan karena pasokan yang terbatas. 

Risiko ketiga adalah akselerasi belanja pemerintah berisiko tertahan jika penerimaan negara tidak mendukung. Jika belanja terus jor-joran, maka defisit anggaran akan membengkak.

Risiko keempat adalah larangan mudik dan Tunjangan Hari Raya (THR) serta gaji ke-13 bagi ASN yang tidak memasukkan komponen Tunjangan Kinerja. Ini menyebabkan dorongan konsumsi rumah tangga menjadi terbatas.

Risiko keempat adalah pemulihan ekonomi global yang berisiko terhambat. Pasalnya, terjadi lonjakan kasus corona di sejumlah negara seperti India.

Namun, Suharso juga menyebut ada beberapa hal yang bisa menjadi sentimen positif bagi pertumbuhan ekonomi Tanah Air. Pertama adalah kenaikan harga komoditas. Apabila terus terjadi, maka akan mendongrak kinerja ekspor, investasi, sampai penerimaan negara.

Kedua adalah alokasi belanja modal dan proyek infrastruktur yang berlanjut sehingga mendorong pertumbuhan investasi. Ketiga adalah pemulihan ekonomi dunia kemungkinan lebih cepat sehingga bisa membantu peningkatan ekspor.

Keempat, industri manufaktur menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang tercermin dari peningkatan Purchasing Managers' Index (PMI). Terakhir, gelombang lanjutan pandemi bisa lebih tertangani karena vaksinasi yang lebih cepat,


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Resesi, Ekonomi RI Q1 Diramal Tumbuh -1% Hingga -0,1%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular