Duet AS-Eropa Sukses Bikin Harga Minyak Bergairah

Tirta, CNBC Indonesia
04 May 2021 12:08
Oil facilities are seen on Lake Maracaibo in Cabimas, Venezuela January 29, 2019. REUTERS/Isaac Urrutia
Foto: Ilustrasi: Fasilitas minyak terlihat di Danau Maracaibo di Cabimas, Venezuela, 29 Januari 2019. REUTERS / Isaac Urrutia

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar pelonggaran aktivitas di negara-negara barat membuat harga minyak mentah terkerek naik di tengah kenaikan kasus Covid-19 di India yang tak terbendung. 

Kenaikan harga didukung oleh prospek kenaikan permintaan bahan bakar di Amerika Serikat dan Eropa. Negara bagian New York, New Jersey dan Connecticut akan memulai pelonggaran.

Sementara itu Uni Eropa juga berencana untuk membuka diri terhadap lebih banyak turis asing yang telah divaksinasi.

"Ini akan meningkatkan perjalanan liburan ke daerah pesisir, serta meningkatkan mobilitas di kota-kota besar," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan.

Harga minyak mentah pun terkerek naik pada perdagangan hari ini, Selasa (4/5/2021). Masing-masing kontrak minyak baik Brent dan West Texas Intermediate (WTI) naik 0,1%. 

Minyak berjangka Brent naik 6 sen ke US$ 67,62/barel, sedangkan Light Sweet yang jadi patokan Paman Sam naik 5 sen ke US$ 64,54/barel. 

Kali ini fokus pelaku pasar beralih kepada rilis data stok minyak oleh asosiasi (American Petroleum Institute/API) hari ini dan pemerintah (Energy Information Agency/EIA) besok waktu setempat. 

Menurut lima analis yang disurvei Reuters, stok minyak mentah AS diperkirakan turun 2,2 juta barel di akhir April setelah seminggu sebelumnya stok tercatat mengalami kenaikan. 

Dalam poling tersebut, analis juga memperkirakan bahwa tingkat utilisasi kilang minyak diprediksi naik 0,5 poin persentase lebih tinggi dari tingkat utilisasi sebelumnya di angka 85,4%. 

Kabar ini cukup melegakan bagi pasar karena perkembangan pandemi di India yang tak terkontrol membuat suram prospek permintaan minyak mentah.

Pemerintah India pun menetapkan karantina wilayah (lockdown) yang membuat permintaan bahan bakar menurun drastis.

"Secara keseluruhan permintaan bahan bakar turun sekitar 7% dari level sebelum Covid-19 April 2019," kata A.K. Singh, kepala pemasaran di kilang Bharat Petroleum Corp

"Kami mendekati level sebelum Covid pada Maret tetapi pembatasan baru dan serangan Covid gelombang kedua telah mengurangi permintaan yang setara dengan sekitar 10% dari permintaan Maret untuk mobilitas pribadi dan pergerakan barang-barang industri," lanjut Singh kepada Reuters.

India merupakan salah satu dari lima negara dengan impor minyak terbesar di dunia. Penurunan mobilitas dan bahan bakar di India akibat Nam tentu saja membuat prospek minyak menjadi kelabu dan harga pun turun.

Namun dengan adanya harapan mobilitas yang terdongkrak di AS dan Eropa, besar harapannya penurunan permintaan minyak di India dapat diimbangi oleh pemulihan di negara-negara lain yang juga konsumsi minyaknya tinggi. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mesti Senang atau Sedih? Sepekan Harga Minyak Lompat 5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular