
Saham Nikel Bergerak Liar Lagi, kecuali ANTM Sedang Loyo

Jakarta, CNBC Indonesia - mayoritas saham emiten nikel melaju di zona hijau pada awal perdagangan hari ini, Selasa (4/5/2021). Kenaikan mayoritas harga saham nikel seiring terkereknya harga nikel dalam sepekan terakhir.
Menurut data London Metal Exchange (LME), harga nikel kontrak 3 bulan terus naik hingga 8,12% selama sepekan terakhir. Adapun pada Jumat (30/4), harga nikel kontrak bulan terkerek 0,31% ke US$ 17.512/ton dari penutupan hari sebelumnya.
Berikut gerak saham nikel pada pukul 09.49 WIB.
Central Omega Resources (DKFT), saham +1,80%, ke Rp 170, transaksi Rp 478 juta
Pelat Timah Nusantara (NIKL), +1,48%, ke Rp 1.030, transaksi Rp 129 juta
Timah (TINS), +0,87%, ke Rp 1.735, transaksi Rp 11 M
Trinitan Metals and Minerals (PURE), +0,83%, ke Rp 121, transaksi Rp 318 juta
Harum Energy (HRUM), +0,70%, ke Rp 5.025, transaksi Rp 1 M
Vale Indonesia (INCO), +0,22%, ke Rp 4.580, transaksi Rp 9 M
Aneka Tambang (ANTM), 0,00%, ke Rp 2.520, transaksi Rp 63 M
Menurut data di atas, dari 8 emiten nikel, ada 7 emiten yang menguat, sementara satu sisanya masih belum bergerak.
Saham DKFT menjadi yang paling menguat, dengan naik 1,80% ke Rp 170/saham. Nilai transaksi saham ini sebesar Rp 478/saham.
Dengan penguatan ini DKFT sudah naik 3,66% dalam sepekan.
Di posisi kedua ada saham NIKL yang terapresiasi 1,48% ke harga Rp 1.030/saham. Nilai transaksi NIKL pagi ini baru sebesar Rp 129 juta. Dalam seminggu terakhir, saham ini naik 2,49%.
Di tempat ketiga, ada saham emiten nikel pelat merah, TINS, yang terangkat 0,87% ke Rp 1.735/saham. Penguatan pagi ini membuat saham TINS sudah melesat 10,41% dalam seminggu.
Adapun saham yang masih belum bergerak ialah saham ANTM, yang stagnan diposisi Rp 2.520/saham. Padahal kemarin, saham ini naik 1,20% ke posisi Rp 2.520/saham.
Antam baru saja mencatatkan perolehan laba bersih senilai Rp 630,37 miliar pada periode kuartal pertama tahun ini.
Capaian tersebut berkebalikan dari periode yang sama tahun sebelumnya rugi Rp 281,84 miliar. Kenaikan ini juga berimbas pada laba bersih per saham dasar menjadi Rp 26,23 per saham dari sebelumnya minus Rp 11,73 per saham.
Kenaikan laba bersih tersebut selaras dengan naiknya pendapatan ANTM di 3 bulan pertama tahun ini sebesar Rp 9,21 triliun, naik 77% dari tahun sebelumnya Rp 5,20 triliun.
Penjualan terbesar perseroan masih dikontribusi dari produk emas sebesar Rp 6,59 triliun, naik dari sebelumnya Rp 3,97 triliun.
Feronikel tercatat sebesar Rp 1,23 triliun dari sebelumnya Rp 965,95 miliar. Lainnya disumbang oleh pendapatan bijih nikel sebesar Rp 950 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Nikel Rekor, Saham Produsennya to The Moon