
Lepas dari Resesi, Kurs Dolar Singapura Naik 3 Bulan Beruntun

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat melawan rupiah sepanjang bulan April lalu bahkan mencapai level tertinggi dalam satu tahun terakhir. Singapura yang sukses lepas dari resesi di kuartal I-2021 membuat dolarnya perkasa. Tidak hanya lepas dari resesi, pertumbuhan ekonomi Singapura juga diprediksi lebih tinggi.
Melansir data Refinitiv, dolar Singapura sepanjang bulan April menguat 0,53% ke Rp 10.852,25/SG$, bahkan sempat menyentuh Rp 10.955,18/SG$ yang merupakan level tertinggi sejak April 2020 lalu.
Sementara itu dalam 3 bulan Mata Uang Negeri Merlion ini melesat nyaris 3%.
Data dari Singapura pada pertengahan April lalu menunjukkan produk domestik bruto (PDB) kuartal I-2021 tumbuh 0,2% year-on-year (YoY), setelah mengalami kontraksi sepanjang tahun lalu.
Suatu negara dikatakan mengalami resesi ketika produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi 2 kuartal beruntun secara tahunan (year-on-year/YoY).
Artinya, Singapura kini sudah sah lepas dari resesi. Sementara jika dilihat secara kuartalan (quarter-to-quarter/QtQ), PDB Singapura tumbuh 2%, dan sudah dalam tren positif dalam 3 kuartal beruntun.
Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Singapura menjadi 5,2% dibandingkan proyeksi sebelumnya 5%.
Sebaliknya, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dipangkas. IMF bahkan sudah 2 kali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, pertama pada Januari lalu, kemudian pada awal bulan ini.
IMF kini memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini sebesar 4,3%, turun dibandingkan proyeksi yang diberikan bulan Januari lalu sebesar 4,8%. Pada bulan Oktober tahun lalu, IMF bahkan memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan melesat 6,1%.
Sementara itu Bank Indonesia (BI) Selasa pekan lalu mengumumkan mempertahankan suku bunga acuan 3,5%. Namun, BI menurunkan proyeksi produk domestik bruto (PDB) tahun ini menjadi 4,1-5,1% dari sebelumnya 4,3-5,3%.
Rupiah masih selamat dari tekanan dan mampu memangkas pelemahan melawan dolar Singapura setelah aliran modal kembali masuk.
Hal tersebut tentunya menjadi kabar bagus, setelah terjadi capital outflow Rp 20 triliun sepanjang bulan Maret.
Dari pasar primer, hasil lelang Surat Utang (SUN) pemerintah Selasa lalu mulai ramai peminat. Incoming bid mencapai Rp 52,75 triliun, sedangkan pada lelang SUN sebelumnya sebesar Rp 42,97 triliun.
Pemerintah menetapkan target indikatif sebesar Rp 30 triliun dan yang dimenangkan sebesar Rp 28 triliun lebih baik dari lelang sebelumnya Rp 24 triliun.
Hal tersebut terjadi setelah yield obligasi (Treasury) Amerika Serikat (AS) yang mulai turun dari level tertinggi sejak Januari 2020. Penurunan tersebut membuat selisih yield dengan SUN kembali melebar, sehingga aliran modal perlahan kembali ke Indonesia. Rupiah pun mulai bertenaga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia
