Kapitalisasi Pasar Rp 100 T

BBCA-BBRI Masih di Puncak, Kapitalisasi Bang Jago Salip Emtek

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
03 May 2021 13:23
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Merosotnya IHSG pada pekan lalu, terutama di awal pekan lalu disebabkan oleh sejumlah sentimen negatif, mulai dari sepinya transaksi akibat beralihnya investor ke aset kripto, kinerja keuangan emiten yang kurang memuaskan hingga prospek pertumbuhan ekonomi yang terus terpangkas.

Koreksi juga terjadi di tengah kekhawatiran kenaikan lagi imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS), menyusul indikasi bakal menguatnya inflasi di Negeri Sam. Jika imbal hasil obligasi acuan di AS naik, maka pembalikan modal berpeluang terjadi.

The Fed yang tetap dovish memberikan jaminan bahwa kekhawatiran seputar taper tantrum (koreksi berjamaah indeks bursa negara berkembang karena The Fed mengurangi pembelian surat berharga di pasar) sudah memudar.

Pasar memilih mengantisipasi rilis angka inflasi inti di Amerika Serikat (AS) pada Jumat malam lalu, yang tercermin dari data Personal Consumer Expenditure (PCE) per Maret.

Konsensus Trading Economics berujung pada proyeksi angka 1,8% atau melampaui imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang kini di angka 1,6%.

Ada kekhawatiran bahwa jika angka PCE per Maret melonjak, imbal hasil obligasi pemerintah AS pun menguat karena kebutuhan investor untuk mengompensasi gerusan inflasi terhadap keuntungan mereka.

Kenaikan imbal hasil pun membuka peluang lebih besar akan terjadinya penarikan modal (capital outflow)investor global di pasar modal.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular