Lapor Pak Erick, KAI Derita Rugi Bersih Rp 303 M di Q1-2021

tahir saleh, CNBC Indonesia
03 May 2021 09:04
Petugas mengecek tiket keberangkatan penumpang di Stasiun Senen, Jakarta, (9/4/2021). Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah melarang perjalanan kereta api (KA) antar kota dan KA perkotaan selama periode mudik Lebaran 2021. Ini menyusul menindaklanjuti larangan mudik Lebaran 2021 oleh pemerintah mulai 6 hingga 17 Mei 2021. Maryati 39th pulang lebih awal ke Magelang sebelum larangan mudik.   (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Warga melakukan perjalanan dengan kereta api di Stasiun Senen, Jakarta, (9/4/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - BUMN perkeretaapian, PT Kereta Api Indonesia (Persero), mencatatkan kinerja yang terpengaruh dampak pandemi Covid-19. Perusahaan mencetak rugi bersih di kuartal I-2021 sebesar Rp 303,47 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang masih mencatatkan laba bersih Rp 281,94 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), kerugian itu terjadi di tengah pendapatan perusahaan yang anjlok 35% menjadi Rp 3,45 triliun dari sebelumnya Rp 5,30 triliun. 

Pendapatan terdiri dari pendapatan angkutan dan usaha lainnya yang juga ambles 37% menjadi Rp 3,31 triliun dari sebelumnya Rp 5,23 triliun, sementara itu pendapatan konstruksi justru melesat 101% pada 3 bulan tahun ini menjadi Rp 136,60 miliar dari sebelumnya hanya Rp 68 miliar.

Adapun KAI juga mencatatkan rugi usaha mencapai Rp 211 miliar dari laba usaha di kuartal I-2020 yakni Rp 514,92 miliar.

Manajemen KAI, dalam laporan keuangan, menyatakan, pandemi Covid-19 di tahun 2020 telah menyebabkan terjadinya perlambatan ekonomi global dan domestik serta berpengaruh signifikan terhadap bisnis dan kelangsungan usaha perusahaan.

Meskipun gangguan ini diperkirakan hanya bersifat sementara, namun terdapat ketidakpastian yang cukup tinggi terkait luas dampaknya terhadap operasi dan kinerja keuangan perusahaan.

"Saat ini dampak signifikan yang dialami perusahaan adalah menurunnya volume penumpang yang tercermin dari penurunan pendapatan penumpang," tulis manajemen KAI, dikutip CNBC Indonesia, Senin (3/5/2021).

Manajemen menyatakan, perkembangan dampak tersebut bergantung pada beberapa hal di masa depan yang tidak dapat diprediksi pada saat ini, termasuk durasi penyebaran wabah, kebijakan ekonomi dan kebijakan lainnya yang diterapkan Pemerintah untuk menangani ancaman Covid-19, serta dampak faktor-faktor tersebut terhadap pegawai dan pelanggan perusahaan.

"Manajemen terus memantau secara seksama operasi, likuiditas dan sumber daya yang dimiliki Grup, serta bekerja secara aktif untuk mengurangi dampak saat ini dan dampak masa depan dari situasi ini yang belum pernah dialami sebelumnya."

Kas dan setara kas KAI turun menjadi Rp 5,41 triliun dari Desember 2020 Rp 6,61 triliun. Total kewajiban naik menjadi Rp 37,08 triliun dari Rp 36,17 triliun di Desember 2020, sementara ekuitas turun jadi Rp 16,71 triliun dari Desember 2020 Rp 17,04 triliun.

Sebagai perbandingan, tahun lalu, pendapatan KAI anjlok 31,16% menjadi Rp 18,07 triliun dari tahun 2019 sebesar Rp 26,25 triliun, sementara rugi bersih tahun lalu mencapai Rp 1,69 triliun dari laba bersih 2019 sebesar Rp 2,02 triliun.

Sebelumnya Kementerian BUMN di bawah pimpinan Menteri Erick Thohir mengungkapkan sektor transportasi menjadi salah satu sektor yang terpukul akibat pandemi, termasuk BUMN KAI. 


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Babak Belur Pandemi, KAI Masih Cetak Rugi Semester I Rp 454 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular