Meski Menguat Tipis, Prestasi Rupiah Oke! Banyak Torehan Apik

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 April 2021 16:02
Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Penguatan cukup tajam di awal perdagangan hari ini melanjutkan kinerja apik Kamis kemarin, sebab dolar AS sedang tertekan.

Kamis dini hari, bank sentral AS (The Fed) menegaskan tidak akan mengubah kebijakan moneternya dalam waktu dekat. Suku bunga 0,25% masih akan dipertahankan setidaknya hingga tahun 2023, meskipun perekonomian AS diakui tumbuh lebih tinggi ketimbang prediksi.

Dalam konferensi pers, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk bicara penghentian pembelian obligasi di pasar. The Fed saat ini membeli obligasi atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE) senilai US$ 120 miliar per bulan, artinya itu masih akan terus berlanjut, dan belum akan dilakukan pengurangan nilai pembelian atau tapering.

Pengumuman tersebut membuat indeks dolar AS merosot 0,33% pada perdagangan Rabu, dan kemarin sempat turun 0,2% ke 90,424, yang merupakan level terendah sejak 26 Februari lalu. Indeks dolar AS sempat bangkit sebelum berakhir stagnan setelah rilis data produk domestik bruto (PDB) Negeri Paman Sam kuartal I-2021 yang tumbuh 6,4%.

Meski pertumbuhan tersebut tinggi, tetapi sedikit di bawah ekspektasi pelaku pasar sebesar 6,5%. Pagi tadi, indeks dolar AS sempat turun, namun kemudian naik 0,2% ke 90,791 sore ini, yang membuat rupiah hanya mampu menguat tipis dan mata uang Asia lainnya rontok.

Yield obligasi (Treasury) AS yang kembali naik membuat indeks dolar AS ikut terungkit. Hingga siang ini yield Treasury tenor 10 tahun naik 0,7 basis poin, setelah naik 2 basis poin kemarin. Bahkan sepanjang pekan sudah naik 8 basis poin.

Kenaikan yield didorong oleh rencana Biden untuk menggelontorkan stimulus baru bernilai US$ 1,8 triliun. Biden menyebutnya dengan nama American Families Plan. Sumber pendanaan stimulus ini rencananya datang dari kenaikan tarif pajak, terutama untuk badan dan orang kaya.

"Sudah saatnya perusahaan AS dan 1% orang terkaya membayar jatah mereka. Membayar jatah yang adil," tegas Biden dalam paparan di hadapan Kongres, seperti dikutip dari Reuters.

Jika stimulus tersebut digelontorkan, maka pemulihan ekonomi AS akan semakin terakselerasi, dan inflasi juga akan melesat tinggi. Hal tersebut memicu kenaikan yield Treasury.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular