
Gegara China Kurs Dolar Australia Naik Lagi ke Rp 11.245/AU$

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia berbalik menguat melawan rupiah pada perdagangan Jumat (30/4/2021) setelah melemah cukup tajam Kamis kemarin. China yang mampu mempertahankan ekspansi sektor manufakturnya membuat dolar Australia kuat.
Melansir data Refinitiv, dolar Australia menguat 0,24% ke Rp 11.245.21/AU$ sore ini di pasar spot. Kemarin Mata Uang Negeri Kanguru ini merosot 0,63%.
Data dari China pagi tadi menunjukkan sektor manufaktur di bulan April masih mempertahankan ekspansi dengan angka indeks 51,1.
Aktivitas manufaktur diukur dari Purchasing Managers' Index (PMI), dengan angka 50 sebagai ambang batas antara ekspansi dan kontraksi. Di atasnya berarti ekspansi sementara di bawahnya berarti kontraksi.
Saat pandemi virus corona menyerang dunia sejak tahun lalu, sektor manufaktur China hanya sekali mengalami kontraksi yakni di bulan Februari 2020.
Berlanjutnya ekspansi manufaktur China menjadi kabar baik bagi Australia. Sebab negeri Tiongkok merupakan tujuan ekspor terbesar Australia. Ketika industri manufakturnya terus menunjukkan ekspansi, maka permintaan komoditas dari Australia masih akan meningkat.
Alhasil, dolar Australia mampu menguat pada hari ini.
Di pekan ini, dolar Australia sebenarnya mendapat sentimen negatif setelah rilis data inflasi. Biro Statistik Australia Rabu lalu melaporkan inflasi di kuartal I-2021 turun 0,6%, dari kuartal IV-2020 tumbuh 0,9%.
Inflasi di Australia kini sudah turun dalam 2 kuartal beruntun, sekaligus mengkonfirmasi pernyataan bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) jika inflasi masih rendah dalam beberapa waktu ke depan, dan suku bunga tidak akan dinaikkan hingga tahun 2024.
"Kebijakan moneter yang ditetapkan saat ini terus membantu perekonomian dengan bunga pinjaman yang murah," kata Gubernur RBA, Philip Lowe, sebagaimana dilansir News.com.au, Selasa (2/3/2021).
Lowe juga mengatakan suku bunga masih akan tetap rendah sampai inflasi mencapai target 2% sampai 3%.
"Dewan Gubernur tidak akan menaikkan suku bunga sampai inflasi aktual secara substansial berada di dalam rentang 2% sampai 3%," kata Lowe.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
