
Ada Data Buruk, Dolar Australia Jeblok ke Rp 11.180

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan Rabu (28/4/2021). Inflasi di Australia yang melambat, membuat mata uangnya melemah.
Melansir data Refinitiv, dolar Australia merosot 0,53% ke Rp 11.182,9/AU$ pagi ini. Posisi dolar Australia membaik, berada di Rp 11.225,9/AU$ melemah 0,15% pada pukul 13:21 WIB.
Data-data dari Australia belakangan memang lebih bagus dari prediksi, tetapi akhirnya ada satu data yang kurang bagus. Biro Statistik Australia pagi ini melaporkan inflasi di kuartal I-2021 turun 0,6%, dari kuartal IV-2020 tumbuh 0,9%.
Inflasi di Australia kini sudah turun dalam 2 kuartal beruntun, sekaligus mengkonfirmasi pernyataan bank sentral Australia jika inflasi masih rendah dalam beberapa waktu ke depan, dan suku bunga tidak akan dinaikkan hingga tahun 2024.
"Kebijakan moneter yang ditetapkan saat ini terus membantu perekonomian dengan bunga pinjaman yang murah," kata Gubernur RBA, Philip Lowe, sebagaimana dilansir News.com.au, Selasa (2/3/2021).
Lowe juga mengatakan suku bunga masih akan tetap rendah sampai inflasi mencapai target 2% sampai 3%.
"Dewan Gubernur tidak akan menaikkan suku bunga sampai inflasi aktual secara substansial berada di dalam rentang 2% sampai 3%," kata Lowe.
Menurut Lowe, agar itu tercapai, pertumbuhan gaji harus lebih tinggi dari saat ini. Dan agar pertumbuhan bisa gaji bisa lebih tinggi maka pasar tenaga kerja perlu perbaikan lebih lanjut, hingga menjadi ketat.
Sementara itu, rupiah mulai bertenaga sebab pasar obligasi Indonesia kini mulai menarik lagi bagi investor. Kembali menariknya pasar obligasi tercermin dari hasil lelang pemerintah kemarin, dimana Incoming bid mencapai Rp 52,75 triliun, sedangkan pada lelang SUN sebelumnya sebesar Rp 42,97 triliun.
Pemerintah menetapkan target indikatif sebesar Rp 30 triliun dan yang dimenangkan sebesar Rp 28 triliun lebih baik dari lelang sebelumnya Rp 24 triliun.
Sementara itu pasar sekunder, melansir data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan ini hingga 26 April terjadi capital inflow sekitar Rp 8,8 triliun. Hal tersebut tentunya menjadi kabar bagus, setelah terjadi capital outflow Rp 20 triliun sepanjang bulan Maret.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi-Lagi Karena China, Dolar Australia Berjaya Lawan Rupiah
