Sesi I IHSG Mantap di Zona Hijau, Asing Borong Saham Bank Ini

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
28 April 2021 11:59
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri sesi I perdagangan Rabu (28/4/2021) dengan apresiasi. IHSG sukses melenggang ke zona hijau setelah sebelumnya sempat tertekan. 

Indeks saham nasional tersebut terangkat 0,12% atau naik 7,2 poin ke 5.966,79. Masih di bawah level psikologis 6.000 memang. IHSG dibuka di 5.959,95. Setelah itu IHSG digiring ke jalur hijau.

Namun sejam setelah dibuka penguatan indeks mulai terpangkas. Sempat mencicipi zona koreksi tetapi IHSG mampu balik ke zona apresiasi.

Data perdagangan mencatat sebanyak 224 saham melesat, 230 ambles dan 154 stagnan. Transaksi yang tercatat mencapai Rp 5 triliun. Asing membukukan aksi net sell sebesar Rp 99,4 miliar. 

Dua saham big cap yakni PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) banyak dilepas asing. Nilai net sell asing di kedua saham tersebut mencapai Rp 142,3 miliar. Saham ASII dan TLKM masing-masing mengalami koreksi sebesar 2,71% dan 0,32%.

Sementara itu saham yang paling banyak diborong asing adalah saham bank pelat merah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Nilai kapitalisasi pasar BMRI naik 2,48%. Saham BMRI diborong asing sebanyak Rp 103,3 miliar. 

Bursa saham kawasan Benua Kuning terpantau bergerak variatif. Indeks Nikkei Jepang dan Hang Seng Hong Kong terpantau naik. Sementara Shang Hai Composite China dan Straits Times Singapura melemah. 

Bursa saham Amerika Serikat (AS) berakhir variatif pada perdagangan Selasa (27/4/2021). Indeks Dow Jones Industrial Average naik hanya 3,36 poin (+0,1%) ke 33.984,93. Sebaliknya, S&P 500 surut 0,9 poin (-0,02%) ke 4.186,72 dan Nasdaq drop 48,6 poin (-0,34%) ke 14.090,22.

Sentimen yang membayangi bursa saham AS adalah rilis kinerja keuangan emitennya. Sejauh ini, 84% dari konstituen indeks S&P 500 yang telah merilis kinerja membukukan laba bersih yang melampaui estimasi pasar, sebagaimana direkam Factset.

Namun reli saham mereka cenderung biasa saja karena kenaikan laba itu sudah tercermin (priced in) di harga sekarang.

Pelaku pasar memantau rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) yang akan meramu kebijakan moneter terbarunya. Pasar memperkirakan tidak akan ada perubahan dalam kebijakan moneter.

Survei CNBC International berujung pada proyeksi suku bunga acuan tetap di level sekarang 0-0,25% dan program pembelian aset yang tetap sebesar US$ 120 miliar per bulan.

Namun, pasar menanti apakah nada komentar Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell akan berubah terkait dengan inflasi, yang akan mempengaruhi imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS.

Selain memantau kebijakan moneter AS, pelaku pasar juga mengkhawatirkan perkembangan kasus Covid-19 di beberapa negara, terutama di India.

Pada Selasa, negara dengan pasar terbesar kedua di Asia setelah China ini melaporkan 323.144 kasus infeksi baru, yang membuat total penderita virus corona ini mencapai lebih dari 17,6 juta orang. Ini merupakan rekor tertinggi baru dalam 5 hari berturut-turut.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular