Trader Mau Pada Liburan & Profit Taking, Harga CPO Ambruk 3%

Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi ambil untung (profit taking) para trader mendera kontrak minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) yang aktif diperdagangkan di Bursa Malaysia Derivatif Exchange. Alhasil harganya ambles jelang libur nasional Negeri Jiran besok.
Rabu (28/4/2021), harga kontrak CPO pengiriman Juli ambles 2,9% ke RM 3.950/ton. Padahal kemarin harga minyak nabati unggulan ekspor Indonesia dan Malaysia ini ditutup tembus RM 4.000/ton.
"Penurunan ini disebabkan oleh aksi ambil untung karena besok adalah hari libur umum," kata seorang pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur kepada Reuters. Malaysia akan memperingati Nuzulul Quran di bulan Ramadan ini yang kebetulan jatuh pada besok.
Menambah sentimen negatif bagi harga minyak sawit adalah harga minyak saingan yang lebih murah di Amerika Serikat dan China, kata pedagang. Di Chicago Board of Trade, kontrak minyak kedelai turun 2,5%, sedangkan kontrak kedelai dan minyak sawit Dalian Commodity Exchange masing-masing turun 1,1% dan 0,7%.
Namun kuatnya harga CPO didukung dengan ketatnya suplai di tengah peningkatan permintaan. Ekspor Malaysia yang bagus juga menjadi salah satu pendorong kenaikan harga.
Ekspor minyak sawit Malaysia pada periode 1-25 April dilaporkan naik 10,1% dibanding periode yang sama bulan sebelumnya. Ekspor meningkat dari 1,01 juta ton menjadi 1,12 juta ton bulan ini.
Peningkatan ekspor terjadi pada kategori CPO dan produk turunannya seperti Refined Bleached Deodorized (RBD) palm oil, RBD palm stearin dan Oleokimia. Ekspor ke destinasi utama juga tercatat meningkat.
Bahkan ekspor ke India yang sedang dilanda tsunami Covid-19 pun meningkat. Namun dengan adanya lockdown yang diberlakukan di tengah peningkatan kasus infeksi dan kematian yang melonjak tajam, ke depan konsumsi dan impor minyak nabati unggulan RI dan Negeri Jiran menjadi terancam.
India banyak mengimpor minyak sawit yang digunakan sebagai minyak goreng. Hanya saja minyak sawit cenderung lebih banyak digunakan di sektor perhotelan dan bukan rumah tangga. Di saat lockdown, tentu saja ini menjadi hotel dan restoran banyak yang tutup sehingga menjadi ancaman tersendiri bagi impor minyak sawit.
Namun harga minyak sawit diprediksi tetap kuat hingga paruh pertama tahun ini akibat ketatnya suplai. Kenaikan harga minyak sawit global membuat harga CPO patokan dalam negeri ikut meningkat.
Harga CPO acuan RI bulan Mei 2021 dipatok di US$ 1.110 per ton. Harga acuannya naik ketimbang bulan lalu yang hanya dibanderol US$ 1.093,83 per ton. Artinya pajak ekspor untuk minyak sawit mentah di bulan Mei akan lebih tinggi menjadi US$ 144 per ton.
Sementara pungutan ekspor untuk minyak nabati tidak akan berubah pada US$ 255 per ton. Pajak ekspor pada bulan April untuk minyak sawit mentah berada pada US$ 116 per ton.
Di sisi lain harga minyak sawit yang sudah tergolong tinggi memberikan konsekuensi lain terutama untuk biodiesel. Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrachman mengungkapkan kenaikan harga minyak sawit mentah menjadi tantangan dalam penyediaan bio diesel.
"Yang menjadi persoalan, terkait harga cpo yang naik, mengakibatkan harga biodiesel dari waktu ke waktu cukup tinggi dibandingkan dengan Solar. Tugas BPDPKS adalah menutup gap dari harga indeks pasar biodiesel dan harga indeks pasar solar, sehingga solar yang dicampuur 30% biodiesel tadi harganya affordable," ujarnya
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Joss! Harga CPO Melesat 2%, Nyaris ke RM 3.749/ton
(twg/twg)