
Jreeng! Saham-saham Bank BUKU IV Mulai Ngegas Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sempat dilego oleh investor asing dan sahamnya melemah beberapa hari sebelumnya, saham bank BUKU IV berhasil rebound dan kembali bergairah pada awal perdagangan sesi I Selasa (27/4/2021) pagi hari ini.
Sentimen dari saham perbankan besar yang juga ikut dalam tren penyuntikan modal perusahaan start up juga menjadi sentimen positif pada pagi hari ini selain karena aksi beli investor di saham perbankan besar.
Simak pergerakan saham bank BUKU IV pada awal perdagangan sesi I pukul 09:10 WIB hari ini.
Tercatat di posisi pertama diduduki oleh saham perbankan 'raja kapitalisasi pasar', yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang sudah melesat 2,15% ke level Rp 32.100/unit pada awal perdagangan sesi I hari ini.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi saham BBCA pagi ini mencapai Rp 120 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 3 juta lembar saham. Investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) di pasar reguler sebesar Rp 109 miliar.
Berikutnya di posisi kedua terdapat saham big cap PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang juga melesat 1,21% ke posisi Rp 4.190/unit pada pukul 09:10 WIB.
Tercatat nilai transaksi saham BBRI sudah mencapai Rp 63 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 15 juta lembar saham. Investor asing juga mengoleksi saham BBRI sebanyak Rp 30 miliar di pasar reguler.
Selanjutnya di posisi ketiga terdapat saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang menguat 0,87% ke Rp 5.775/unit pada pagi hari ini.
Nilai transaksi saham BBNI sudah mencapai Rp 7 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 1 juta lembar saham. Asing pun tak ketinggalan momen, dengan mengoleksi saham BBNI sebesar Rp 14 miliar di pasar reguler.
Sementara untuk saham perbankan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) pagi ini terpantau stagnan di level Rp 995/unit.
Adapun nilai transaksi saham BNGA sudah mencapai Rp 562 juta dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 567 ribu lembar saham. Tak seperti saham bank BUKU IV lainnya, asing tercatat masih melepas saham BNGA sebesar Rp 43 juta di pasar reguler.
Saham bank BUKU IV berhasil rebound dan kembali bergairah karena investor mulai mengoleksi kembali saham-saham perbankan besar pada pagi hari ini, setelah beberapa hari sebelumnya saham perbankan tersebut sempat melemah.
Pagi ini pun, saham BBCA-BBRI-BBNI menduduki tiga terbesar saham yang dikoleksi oleh investor asing dengan jumlah yang besar.
Selain itu, beberapa saham perbankan besar, seperti BBCA, BBRI, dan BMRI juga ikut andil untuk menyuntik modal beberapa perusahaan startup besar dan hal ini menjadi salah satu katalis positif bagi saham bank BUKU IV, terutama ketiga saham bank besar tersebut.
Sebelumnya, BBRI dan BMRI lewat venture capital-nya yaitu BRI Ventures dan Mandiri Capital Indonesia (MCI) kompak untuk menyuntik platform e-commerce Bukalapak.
Melansir Deal Street Asia, sumbernya mengatakan bahwa investasi yang disuntikkan oleh MCI dan BRI Ventures saja nilainya hampir mencapai US$ 234 juta.
Sementara itu, BBCA pun berencana ikut meramaikan kompetisi dengan mengakusisi PT Bank Royal. BBCA bahkan rela merogoh kocek yang dalam senilai hampir Rp 1 triliun untuk mengakuisisi Bank Royal di harga hampir 3 kali nilai bukunya untuk mentransformasinya menjadi bank digital.
Saat ini fokus BBCA ialah untuk mengintegrasikan seluruh layanan perbankannya ke dalam satu platform super apps.
Ekonomi digital Indonesia sukses tumbuh dengan pesat meninggalkan kawan-kawannya di kawasan Asia Tenggara. Mengutip laporan e-Conomy SEA 2019 hasil studi Google, Temasek dan Bain & Company, ekonomi digital Indonesia tumbuh 49% per tahun sejak 2015-2019.
Indonesia jadi jawara di kawasan Asia Tenggara mengalahkan Malaysia, Filiphina, Singapura, Thailand dan Vietnam yang tumbuh kurang dari 40% dalam lima tahun terakhir.
Hingga tahun 2019, nilai ekonomi digital Indonesia berdasarkan Gross Merchandise Value (GMV) mencapai US$ 40 miliar atau hampir 4% dari PDB nominal Indonesia tahun 2018 lalu. Ekonomi digital di Indonesia diprediksi akan terus tumbuh dan mencapai nilai US$ 133 miliar pada 2025.
Dengan berinvestasi ke sektor yang growthnya sedang tinggi diharapkan bakal memperoleh imbal hasil yang besar di kemudian hari.
Alasan para perusahaan raksasa banyak yang menyuntik startup selain memburu growth yang tinggi secara anorganik juga dilakukan untuk melakukan diversifikasi bisnis.
Di Indonesia, sektor ekonomi digital yang sedang hot selain e-commerce, logistik (ride hiling) dan e-wallet sektor perbankan digital juga sedang sangat prospek-prospeknya. Beberapa startup seperti Gojek dan Shopee bahkan rela mengakuisisi bank-bank mini untuk dijadikan bank digital.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Diobral Investor, Saham Bank BUKU IV Berguguran