Lapor Pak Erick! Laba Indofarma Ambles Nyaris 100% di 2020

Monica Wareza, CNBC Indonesia
27 April 2021 09:58
Menteri BUMN Erick Thohir meninjau laboratorium dan fasilitas produksi Bio Farma, perusahaan induk BUMN di bidang farmasi, di Bandung, Jawa Barat, Selasa (4/8) (Dok. Kementerian BUMN)
Foto: Menteri BUMN Erick Thohir meninjau laboratorium dan fasilitas produksi Bio Farma, perusahaan induk BUMN di bidang farmasi, di Bandung, Jawa Barat, Selasa (4/8) (Dok. Kementerian BUMN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten farmasi BUMN, PT Indofarma Tbk (INAF) berhasil mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk atau laba bersih senilai Rp 27,58 juta pada tahun 2020, atau ambles 99,65% atau nyaris 100% dari periode tahun 2019 sebesar Rp 7,96 miliar.

Meski demikian perseroan mencatatkan rugi komprehensif yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 3,63 miliar dari laba komprehensif Rp 8,29 triliun di tahun sebelumnya.

Adapun laba per saham INAF yakni Rp 0,01 dari tahun sebelumnya Rp 2,57/saham.

Anjloknya laba bersih ini terjadi kendati pendapatan INAF mencapai Rp 1,72 triliun naik 26,22% dari tahun sebelumnya Rp 1,36 triliun, sementara INAF mampu mencatat laba usaha Rp 58,17 miliar dari tahun sebelumnya Rp 50,06 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan INAF, penjualan terbesar dari pasar lokal untuk obat, alat kesehatan, diagnostik dan lainnya sebesar Rp 849,73 miliar naik dari tahun sebelumnya Rp 633,41 miliar, penjualan ethical naik menjadi Rp 836,36 miliar, dari sebelumnya Rp 702,26 miliar, dan penjualan over the counter (obat bebas tanpa resep) naik menjadi Rp 11,17 miliar dari Rp 9,09 miliar.

Untuk ekspor penjualan over the counter turun menjadi Rp 12,17 miliar dari Rp 12,19 miliar dan ethical naik menjadi Rp 6,16 miliar dari sebelumnya Rp 2,23 miliar.

Klien terbesar yakni PT Promosindo Media dengan penjualan sebesar Rp 257,93 miliar dan Direktorat Tata Kekola Obat Publik dan Perbekes Rp 209,14 miliar.

Manajemen INAF dalam laporan keuangan menyatakan bahwa secara keseluruhan, laba tahun berjalan perseroan di tahun 2020 menunjukkan penurunan sebesar Rp 7,93 miliar atau 99,62% menjadi Rp 30 juta bila dibandingkan dengan tahun 2019 sebesar Rp 7,96 miliar.

"Hal tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan Beban Pajak Penghasilan dan adanya beban Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) Piutang sebagai dampak dari penerapan PSAK 71 senilai Rp 38 miliar yang menjadi kerugian tahun buku 2020. Penurunan Laba Tahun Berjalan tersebut memberikan dampak penurunan terhadap Saldo Laba Perseroan di tahun 2020," kata manajemen, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (27/4/2021).

INAF bersama 'saudaranya' PT Kimia Farma Tbk (KAEF) menjadi emiten farmasi di bawah kendali Holding BUMN Farmasi PT Bio Farma dengan pengendalian di bawah Kementerian BUMN yang dipimpin Menteri Erick Thohir.

Manajemen mengungkapkan, selama pandemi, pada sektor kesehatan, produk-produk terkait Covid-19 mengalami peningkatan kebutuhan yang signifikan. Kondisi ini bersamaan dengan upaya INAF menata fokus usaha sehingga perseroan mengimbangi dengan melakukan percepatan implementasi strategi fokus usaha di bidang alat kesehatan sesuai dengan program kerja Holding BUMN Farmasi sekaligus membantu upaya pemerintah dalam percepatan penanganan pandemi Covid 19.

"Perseroan terus berupaya menyediakan produk farmasi, alat kesehatan, dan layanan kesehatan yang dibutuhkan dalam pencegahan, penanggulangan, dan pengobatan Covid-19, juga mendirikan tiga jejaring Laboratorium Covid-19 melalui entitas anak kepemilikan tidak langsung, yaitu PT Farmalab Indoutama."

Sebagai garda terdepan penanganan Covid-19, Indofarma juga menyediakan fasilitas pengujian diagnostic terkait Covid-19, yaitu RT-PCR, Rapid Test Antigen, dan Antibodi di beberapa wilayah Indonesia seperti Bali, Surabaya, Bandung, Batam.

Selain itu, memproduksi obat (Oseltamivir dan Desrem) dan alat kesehatan terkait Covid-19 di antaranya Medical Devices INA- VTM (Viral Transport Medium Kit), INAmask Surgical Face Mask, Clind, Hosfind Isolation Transport, Diagnostic SARS-COV-2-IgM/IgG Rapid Test, Mobile Diagnostic Real Time PCR, dan SMART Thermometer Non Contact.

Adapun KAEF mencetak laba bersih sebesar Rp 17,63 miliar di tahun lalu. Besaran laba pada 2020 naik jika dibandingkan dengan tahun 2019 yang mana perusahaan mengalami kerugian Rp 12,7 miliar.

Pembalikan kondisi dari rugi menjadi laba sejalan dengan naiknya pendapatan perusahaan dari penjualan pada tahun 2020 menjadi Rp 10 triliun atau tumbuh 6,44% secara tahuhan (Year-on-year/YoY). Pendapatan perusahaan selama tahun 2019 mencapai Rp 9,4 triliun.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Kinerja Jeblok, Saham INAF Masih Menarik Dikoleksi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular