Jakarta, CNBC Indonesia - Entitas induk Grup Lippo PT Multipolar Tbk (MLPL) baru-baru ini menuntaskan divestasi atau penjualan 11,9% saham kepemilikan di anak usahanya PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA).
Pengurangan porsi saham Multipolar ini diiringi oleh rumor pasar soal masuknya raksasa jasa ride-hailing Tanah Air, PT Aplikasi Karya Anak Bangsa alias Gojek, ke saham pengelola gerai Hypermart tersebut.
Sumber pasar menyebutkan, di samping investor lainnya, Gojek juga menyerap sejumlah porsi dari 11,9% saham MLPL di MPPA. Namun, pihak MPPA dan MLPL akhirnya memberikan keterangan resmi terkait spekulasi pasar tersebut, kendati tidak menjelaskan apakah investor yang masuk itu afiliasi Gojek atau bukan. Pihak Gojek pun tidak memberikan komentar ketika dikonfirmasi.
Lantas, seiring dengan kabar divestasi saham tersebut, bagaimana kinerja saham-saham emiten Grup Lippo dalam sebulan dan secara year to date (Ytd)?
Di bawah ini Tim Riset CNBC Indonesia akan menyajikan tabel mengenai gerak sejumlah saham yang terafiliasi dengan Grup Lippo, mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Senin (26/4/2021).
Berdasarkan tabel di atas, dari 11 saham yang diamati, delapan saham mencatatkan kinerja yang moncer, sedangkan tiga sisanya mencatatkan pertumbuhan harga yang negatif dalam sebulan maupun Ytd.
Adapun saham pengelola gerai Hypermart dan Foodmart, MPPA, menjadi saham Grup Lippo dengan kenaikan tertinggi dibandingkan saham lainnya.
Saham MPPA melesat sejauh 267,52% dalam sebulan terakhir. Tidak hanya itu, sejak awal tahun saham ini sudah meroket 718,05%.
Dengan gerak saham yang 'liar' ini, terbaru BEI mengganjar saham MPPA dengan suspensi mulai sesi I perdagangan Jumat (23/4) pekan lalu.
Saham MPPA memang mengalami lonjakan harga yang signifikan akhir-akhir ini. Dalam sepekan terakhir saham ini melesat 21,99%. Sementara dalam sebulan terakhir MPPA melejit sebesar 273,91%.
Dengan ini, saham MPPA sudah dua kali disuspensi oleh pihak bursa.
BEI juga telah 'menggembok' saham emiten yang melantai di bursa sejak 1992 ini pada 12-13 April, seiring terjadinya kenaikan harga saham yang signifikan.
Sebelum disuspensi pada 12 April lalu, pada 6 April 2021 otoritas bursa juga telah memberikan peringatan terkait peningkatan harga di luar kebiasaan atau unusual market activity (UMA) saham MPPA.
Kemudian, menanggapi surat peringatan BEI atas UMA saham perusahaan, pada 8 April, manajemen menyebut perusahaan sudah menyampaikan informasi material pada 7 April terkait rencana rights issue perseroan.
Saat ini MPPA berencana untuk melakukan peningkatan modal ditempatkan perseroan melalui mekanisme penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue bagi seluruh pemegang saham perseroan.
Pelaksanaan HMETD tersebut direncanakan akan dilakukan selambatnya pada Agustus 2021. Adapun jumlah maksimum HMETD serta persyaratan sehubungan HMETD akan disampaikan kemudian sesuai dengan jadwal pelaksanaan HMETD.
Selain itu, menjawab pemberitaan di media massa soal kenaikan harga saham beberapa emiten ritel, termasuk MPPA, jelang Ramadan, manajemen menyampaikan bahwa saat ini sedang dalam tahapan yang intens untuk mempersiapkan bisnis ritel perusahaan, baik offline dan online, untuk menyambut bulan puasa tahun ini.
Sebenarnya, kenaikan harga saham MPPA yang luar biasa tersebut berbanding terbalik dengan kinerja keuangannya.
Menurut laporan keuangan perusahaan per kuartal III 2020, MPPA mencatatkan rugi bersih Rp 332,40 miliar, lebih jeblok dari raihan rugi bersih periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 265,78 miliar.
Seiring dengan rugi bersih, pendapatan MPPA pun tergerus 22,91% dari Rp 6,64 triliun pada triwulan III 2019 menjadi Rp 5,12 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
NEXT: Nasib Saham Lainnya
Berbeda nasib dengan saham MPPA, saham anak usaha Grup Lippo lainnya di bidang jasa informasi dan pengelolaan dokumen, MFMI, malah ambles. Dalam sebulan MFMI anjlok 9,42%, sementara secara Ytd ambrol 17,76%.
Mengenai kinerja fundamental, per akhir 2020, pendapatan MFMI naik 1,21% menjadi Rp 141,83 miliar. Sementara, laba bersih pada 2020 MFMI anjlok 86,38% menjadi Rp 18,17 miliar.
Kinerja teranyar, per kuartal I 2021, laba bersih turun 0,16% menjadi sebesar Rp 6,87 miliar. Adapun pendapatan usaha naik tipis 0,03% menjadi Rp 36,21 miliar.
Divestasi Multipolar di MPPA
Multipolar alias MLPL sebelumnya sudah memutuskan untuk mengurangi porsi kepemilikan saham perusahaan MPPA.
Menurut keterbukaan informasi di BEI, Rabu (7/4), MLPL telah menjual 11,9% atau 896.327.200 saham kepemilikan perusahaan di MPPA. Transaksi itu sendiri terjadi pada 6 April 2021 dengan harga penjualan Rp 404/saham. Tujuan penjualan ialah untuk diinvestasikan kembali ke MPPA demi memperkuat neraca perusahaan dan menyediakan modal kerja perusahaan ke depan.
Dengan demikian, porsi kepemilikan MLPL berkurang sebelumnya 50,23% atau 3.781.947.551 lembar saham menjadi 38,33% atau 2.885.620.351 lembar saham.
Dalam keterangan terbaru, Senin (26/4), manajemen MLPL menjelaskan, perusahaan akan kembali menginvestasikan dana penjualan saham ke dalam MPPA lewat skema penerbitan shama baru alias rights issue. Nantinya, MLPL akan ikut serta membeli saham baru tersebut.
Selain bakal ikut membeli saham baru MPPA nantinya, manajemen MLPL juga berencana akan melakukan divestasi saham MFMI. Namun, belum ada rincian kapan dan berapa porsi saham milik MPPA yang akan dijual.
Berdasarkan data KSEI terbaru per 23 April 2021, MPPA menguasai 200.504.500 saham MFMI atau setara dengan 26,47%. Sementara PT Surya Cipta Investama memiliki 65,99% saham MFMI dan sebanyak 7,54% saham dimiliki publik.
Penjualan saham milik MLPL di MPPA tersebut kemudian menimbulkan spekulasi di kalangan investor bahwa unicorn Tanah Air, Gojek, juga ikut menyerap saham yang dijual Multipolar tersebut.
Sumber pasar menyebutkan transaksi pembelian saham MPPA oleh Gojek ini bakal melengkapi platform online Tokopedia dengan kehadiran fisik.
Seiring dengan kabar masuknya Gojek yang muncul sejak akhir pekan lalu, pada Jumat (23/4), di dalam keterbukaan informasi, disebutkan perusahaan investasi asal Singapura Watiga Trust Ltd ini membeli 896,2 juta (896.327.200) atau 7,14% saham milik Multipolar di MPPA seharga Rp 404/saham senilai Rp 362 miliar.
Dengan demikian, masih ada 1.989.293.151 saham atau 4,76% yang belum terungkap pembelinya atau belum terserap. Sisa saham ini yang menjadi spekulasi bahwa Gojek ikut membeli saham milik MLPL.
Seiring dengan kabar itu, pihak MLPL pun memberikan rincian tiga investor yang menyerap 11,9% saham milik Multipolar tersebut.
Ketiganya ialah PT Panbridge Investment Ltd yang membeli 3,33% saham, PT Pradipa Darpa Bangsa sebesar 4,76% dan Threadmore Capital Ltd sebesar 3,81%.
Lalu, ke mana dengan saham milik Watiga Trust yang sebelumnya sebesar 7,14%?
Mengenai hal ini pihak MPPA menjelaskan dalam keterangan tertulis pada Senin (26/7), menurut data terbaru, per 23 April, Watiga tidak lagi termasuk dalam daftar pemegang saham perseroan di atas 5%.
Dengan demikian, saat ini pemegang saham MPPA ialah MLPL sebanyak 38,33%, Anderson Investments Pte Ltd sebesar 18,63%, Connery Asia Ltd sebesar 14,26% dan sisanya masyarakat sebesar 28,78%.
Sementara pada keterangan tertulis lainnya pada Senin (26/4), MPPA tidak memberikan keterangan pasti terkait dengan kabar masuknya Gojek ke saham perusahaan hingga membuat harga saham MPPA melesat tinggi.
"Perseroan tidak mengetahui kebenaran atas isi pemberitaan yang berdasarkan peredaran kabar/rumor di pasar dan mengakibatkan adanya spekulasi di lantai bursa," jelas Sekretaris Perusahaan Danny Kojongian, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (27/4).
TIM RISET CNBC INDONESIA