
Asing Kabur, Demam Kripto & BP Jamsostek Bikin Saham Merana

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menilai sentimen BP Jamsostek cukup pengaruh ke pasar, mengingat BPJS merupakan investor institusi yang mengelola dana besar yang sanggup bersaing dengan investor asing. Hal ini yang menyebabkan bursa saham relatif sepi transaksi belakangan ini.
"Pengaruh, secara sentimen jelas ada. BPJS sendiri merupakan investor dengan dana besar yang sanggup head to head dengan asing. Jadi kalau mereka tidak aktif, maka bursanya juga mungkin akan kekurangan daya pendorong," terangnya.
Padahal, kata dia, BP Jamsostek sejauh ini selalu surplus dari iuran yang diperolehnya setiap tahun.
Hal ini pun diakui oleh manajemen bursa. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan turunnya aktivitas pembelian sama BP Jamsostek ini mau tak mau akan memengaruhi aktivitas investasi institusi lainnya. Hal ini juga mau tak mau berdampak pada turunnya nilai transaksi dan sepinya perdagangan saham.
"Turun nya transaksi dari BPJS TK cukup berpengaruh terhadap aktivitas transaksi investors khusus nya institusi domestik yang memiliki kemiripan dengan BPJS TK (Taspen, Dapen dll)," kata Laksono di Jakarta, Jumat (23/4/2021).
"BPJS TK dianggap sebagai leader atau mercusuar bagi institusi-institusi domestik tersebut sehingga pasang surut nya aktivitas BPJS TK akan mempengaruhi tindakan institusi-institusi tersebut," lanjutnya.
Sentimen lainnya yang saat ini juga sedang terjadi adalah ramai-ramainya investor beralih dari pasar saham ke mata uang kripto alias cryptocurrency.
Hal ini juga diakui oleh Laksono, meski hingga saat ini masih belum ada data konkret mengenai hal tersebut.
Untuk diketahui, nilai transaksi saham di bursa itu tergolong sepi mengingat nilai transaksinya tidak lebih tinggi daripada rerata transaksi harian 2020 Rp 9,21 triliun.
Sebagai pembanding lain, nilai transaksi Rp 8 triliun itu juga masih lebih lemah dibanding rerata transaksi harian pada 2019 lalu yakni Rp 9,1 triliun.
Nilai ini bahkan masih jauh tertinggal dari nilai transaksi di awal tahun ini. Di mana secara berturut-turut pada Januari, Februari, dan Maret nilai perdagangan di BEI mencapai Rp 20 triliun, Rp 15 triliun, dan Rp 11 triliun per hari.
(hps/hps)[Gambas:Video CNBC]